A. Penggunaan Primata dalam Penelitian dan Pengujian
Eksperimen terhadap primata non-manusia (NHP, non-human primate) telah membawa kemajuan penting dalam biologi dan kedokteran. Primata sering kali memainkan peran penting dalam pengujian keamanan obat-obatan baru dan dalam penelitian yang bertujuan memahami cara kerja otak dan cara mencegah penyakit menular pada manusia.
Di seluruh dunia, lebih dari 100.000 primata digunakan setiap tahun untuk eksperimen hewan biomedis: lebih dari setengahnya di Amerika Serikat, sepersepuluh di Eropa dan sisanya di Jepang dan negara-negara lain. Primata mewakili sebagian kecil dari jumlah total hewan yang digunakan dalam percobaan (kurang dari 1 dari seribu hewan di Uni Eropa dan sekitar 3 dari seribu hewan di Amerika Serikat). Menurut industri farmasi, dari seluruh primata yang digunakan, kurang dari 0,1% dilibatkan dalam eksperimen yang tingkat penderitaannya dikategorikan “substansial”.
Primata non-manusia adalah sekelompok mamalia yang terdiri dari simian – monyet dan kera – dan prosimian, seperti lemur. Monyet dibagi lagi menjadi dua sub kelompok: Monyet Dunia Lama, yang berasal dari Afrika dan Asia dan monyet Dunia Baru, yang berasal dari Amerika Tengah dan Selatan.
Spesies primata yang paling sering digunakan adalah kera ekor panjang dan monyet rhesus (keduanya monyet Dunia Lama). Di Eropa, terdapat pergeseran ke arah penggunaan lebih banyak primata dunia baru dan lebih sedikit prosimian. Kera Besar tidak digunakan lagi di Uni Eropa pada tahun 2005.
Pengujian keamanan obat, bahan dan alat kesehatan baru, terutama yang ditujukan untuk pengobatan manusia dan kedokteran gigi, mencakup sekitar 67% dari total jumlah NHP yang digunakan. Hampir semua pengujian terhadap primata bersifat wajib dan diwajibkan oleh peraturan pengujian keselamatan. Dari semua primata yang digunakan dalam pengujian keamanan, sekitar setengahnya terlibat dalam studi toksisitas jangka menengah hingga jangka panjang, yang memerlukan pemberian berulang kali terhadap zat tersebut; sepertiganya terlibat dalam studi administrasi tunggal; dan sisanya digunakan untuk mempelajari dampaknya terhadap reproduksi dan perkembangan atau untuk pengujian lainnya.
Primata juga digunakan dalam penelitian biologi mendasar (sekitar 14% dari seluruh NHP yang digunakan) serta dalam penelitian dan pengembangan produk dan perangkat medis dan gigi untuk manusia (sekitar 13% dari seluruh NHP yang digunakan).
Hampir semua primata yang digunakan dalam eksperimen ilmiah dilahirkan dari hewan yang dibiakkan di penangkaran, terkadang selama beberapa generasi. Hewan yang ditangkap di alam liar sangat jarang digunakan namun tetap diperlukan untuk menghindari dampak buruk dari perkawinan sedarah pada ternak. Hewan hasil penangkaran memberikan data yang lebih akurat, andal dan dapat direproduksi. Namun, penelitian mengenai penuaan dan kehamilan lebih dapat diandalkan jika dilakukan pada hewan tangkapan liar.
Salah satu cara untuk menghindari perkawinan sedarah sekaligus mengurangi penggunaan primata liar adalah dengan menukarkan pejantan liar yang ditangkap antar fasilitas, seperti yang dilakukan kebun binatang. Pilihan lainnya adalah menggunakan keturunan induk yang ditangkap di alam liar hanya untuk diternakkan dan bukan untuk penelitian. Namun, hal ini akan menyebabkan kekurangan hewan untuk eksperimen yang, dalam jangka pendek, akan mengakibatkan lebih banyak primata liar yang ditangkap untuk meningkatkan stok pembiakan. Komplikasi lainnya berkaitan dengan sulitnya membiakkan generasi penerus dari induk yang lahir di penangkaran karena hewan tersebut seringkali menunjukkan penurunan angka kelahiran dan pola pengasuhan yang buruk, serta keturunannya dapat mengalami masalah kesehatan.
B. Tujuan Penggunaan Monyet dalam Penelitian
Semua kategori NHP digunakan dalam eksperimen biomedis. Cynomolgus (Macaca fascicularis) dan monyet rhesus (Macaca mulatta) paling sering digunakan. Cynomolgus cenderung menjadi spesies yang paling banyak digunakan, namun rhesus juga digunakan terutama karena data latar belakang yang tersedia.
Primata non-manusia yang digunakan tersebut digunakan untuk tujuan percobaan berikut:
Penggunaan monyet dalam penelitian penyakit misalnya saja HIV, malaria dan tuberkulosis (TB), juga patogen baru, seperti virus SARS/corona dan virus flu burung/pandemi. Penelitian pada penyakit lainnya pun telah dilaporkan misalnya saja virus Hepatitis C.
C. Monkey ELISA kit Merk Finetest
Finetest merupakan produsen Kit ELISA, reagen pendamping terkait ELISA dan antibodi berkualitas tinggi serta protein rekombinan dari Wuhan China.
Gambar 1. Monkey ELISA kit merk Fine test
Umumnya kit ELISA yang disuplai oleh Finetest adalah metode sandwich, namun ada juga reagen elisa dengan metode competitive. Harga reagen ELISA Finetest ini lebih kompetitif dibanding merk sejenis lainnya misalnya Elabscience. Selain unggul dari sisi harga, Finetest memiliki banyak pilihan spesies dan juga pilihan ribuan marker.
Finetest pun menyuplai ELISA kit spesies monyet, misalnya saja dengan marker berikut:
Berikut merupakan daftar lengkap Kit Elisa monyet yang disuplai oleh merk Finetest.
Tabel 1. Daftar Monkey ELISA kit merk Finetest
Species | Cat No | Description | Size |
Monkey | EMK0001 | Monkey ACE (Angiotensin I Converting Enzyme) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0002 | Monkey ADIPOR1 (Adiponectin Receptor 1) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0003 | Monkey ADP/Acrp30 (Adiponectin) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0004 | Monkey AMBP (Alpha-1-Microglobulin/Bikunin Precursor) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0005 | Monkey ANXA5 (Annexin A5) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0006 | Monkey ApoA1 (Apolipoprotein A1) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0007 | Monkey ApoB100 (Apolipoprotein B100) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0008 | Monkey ApoC3 (Apolipoprotein C3) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0009 | Monkey ApoE (Apolipoprotein E) ELISA Kit | 96T |
Monkey | EMK0010 | Monkey C3 (Complement Component 3) ELISA Kit | 96T |