Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah, atau penurunan kemampuan darah untuk membawa oksigen. Anemia merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi di masyarakat dan sering dijumpai di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut kriteria WHO, anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Anemia sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria. Kebanyakan penderita anemia sendiri ditemukan pada wanita usia produktif, mulai dari 15 – 49 tahun. Hal tersebut disebabkan karena wanita kehilangan darah sebulan sekali selama menstruasi.
Apa saja yang menjadi penyebab Anemia?
Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan darah, penurunan produksi sel darah merah, dan peningkatan pemecahan sel darah merah. Penyebab kehilangan darah termasuk cedera dan perdarahan saluran cerna. Penyebab penurunan produksi sel darah merah yaitu kekurangan zat besi, kekurangan vitamin B12, talasemia, dan sejumlah neoplasma sumsum tulang. Penyebab peningkatan kerusakan dapat dipengaruhi oleh kondisi genetik seperti anemia sel sabit, infeksi seperti malaria, dan penyakit autoimun tertentu.
Gejala anemia yang paling umum adalah 5L; lemah, letih, lunglai, lesu dan lalai. Ketika anemia terjadi secara perlahan, gejalanya sering kali tidak jelas dan dapat berupa rasa lelah, lemas, sesak nafas, dan tidak dapat berolahraga. Bila anemia terjadi dengan cepat, gejalanya dapat berupa kebingungan, merasa seperti akan pingsan, kehilangan kesadaran, dan rasa haus yang meningkat.
Anemia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah dan jumlah hemoglobin dalam setiap sel. Jika sel darah merah berukuran kecil, maka disebut anemia mikrositik. Jika berukuran besar, maka disebut anemia makrositik, dan jika berukuran normal, maka disebut anemia normositik.
Panel Pemeriksaan Laboratorium Anemia
Pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk mendiagnosis penyebab anemia dan menetapkan jenis pengobatan yang tepat. Sejumlah tes pemeriksaan yang dikelompokkan dalam panel untuk menentukan jenis dan tingkat keparahan anemia pada pasien. Berbagai panel pemeriksaan anemia sebagai berikut:
1. Panel Uji Saring Anemia (Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit, dan Nilai MC)
2. Panel Uji Saring Thalassemia
Thalasemia merupakan kelainan genetik berupa gangguan sintesis rantai globin pada molekul hemoglobin (Hb) baik sebagian (parsial) maupun total. Kelainan ini bersifat herediter yaitu bisa diturunkan dari orang tua kepada anaknya, sehingga tindakan pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum terjadi kelahiran dengan thalasemia mayor. Sampai saat ini, parameter yang paling baik digunakan untuk mendeteksi thalasemia adalah hematologi yaitu pengukuran indeks sel darah merah sebagai deteksi dini dan pendekatan molekuler yaitu analisis Hb dan analisis DNA sebagai pemeriksaan konfirmasi. Selain indeks sel darah merah, saat ini telah dikembangkan beberapa formula (nilai indeks) penghitungan untuk uji saring thalasemia dan untuk membedakan jenis anemia karena thalasemia atau anemia defisiensi besi . Indeks tersebut melibatkan penghitungan Hb, hitung sel darah merah, hemoglobin eritrosit rata-rata / Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan volume eritrosit rata-rata / Mean Corpuscular Volume (MCV). Indeks tersebut adalah indeks Mentzer, Srivastava, Shine & Lal, England & Fraser. Keempat indeks tersebut digunakan untuk mendeteksi thalasemia minor.
3. Panel Anemia Defisiensi (Zat Besi, TIBC, Ferritin, Vitamin B12, Asam Folat)
4. Panel Anemia Aplastik (Leukosit, Trombosit, Retikulosit, Sumsum Tulang)
Kit dari Elabscience dan Cortez untuk Pemeriksaan Anemia
Penelitian tentang anemia terus berkembang seiring dengan peningkatan pemahaman kita tentang penyebab dan pengobatannya. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi anemia adalah Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Kit. Dalam konteks anemia, ELISA Kit dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kadar berbagai biomarker yang terkait dengan kondisi tersebut. Misalnya, ELISA dapat digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin, hepcidin, ferritin, transferrin, atau erythropoietin dalam sampel darah.
Berikut ini merupakan kit yang dapat peneliti gunakan untuk menunjang penelitian mengenai anemia dengan brand dari Elabscience (Wuhan China), Diasino, dan Cortez.
Tabel 1. Perangkat ELISA kit Pemeriksaan Anemia
Brand | No. Katalog | Deskripsi Kit | Sensitivitas | ⅀ test |
Elabscience | E-EL-H6202 | Human Hepc (Hepcidin) ELISA Kit | 0.32 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H0415 | Human HB(Hemoglobin) ELISA Kit | 0.94 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-M3029 | Mouse HB(Hemoglobin) ELISA Kit | 93.75 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-M0671 | Mouse Hepc (Hepcidin) ELISA Kit | 75.00 pg/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-R0500 | Rat Hepc (Hepcidin) ELISA Kit | 46.88 pg/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H5497 | Human Hepc25 (Hepcidin 25) ELISA Kit | 0.94 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H0168 | Human FE (Ferritin) ELISA Kit | 0.10 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-R3018 | Rat FE(Ferritin) ELISA Kit | 9.38 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-M0491 | Mouse FE(Ferritin) ELISA Kit | 0.94 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H6028 | Human TF (Transferrin) ELISA Kit | 1.88 μg/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-R3028 | Rat TF (Transferrin) ELISA Kit | 37.50 pg/mL | 96 Test |
Elabscience | E-TSEL-H0001 | QuicKey Human TF (Transferrin) ELISA Kit | 0.13 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H6085 | Human sTfR1(Soluble Transferrin Receptor 1) ELISA Kit | 3.75 ng/mL | 96 Test |
Elabscience | E-EL-H3640 | Human EPO (Erythropoietin) ELISA Kit | 0.94 mIU/mL | 96 Test |
Diasino | DS177720 | Ferritin (ELISA) | 0.85 µg/L (ng/mL) | 96 Test |
Cortez | 1601-16 | Human Ferritin ELISA Test kit | 5.0 ng/mL | 96 Test |
Cortez | 3127-15 | Human Folate ELISA Test kit | 0.52 ng/mL | 96 Test |
Cortez | 3126-15 | Human sTfR-Soluble Transferrin Soluble Receptor ELISA Test kit | 0.055 nmol/L | 96 Test |
Cortez | 3125-15 | Human Vitamin B12 ELISA Test kit | 70.13 pg/mL | 96 Test |
Penggunaan ELISA Kit dalam penelitian tentang anemia memiliki beberapa keunggulan, antara lain: mendeteksi biomarker dalam sampel dengan sensitivitas yang tinggi, mendeteksi biomarker anemia secara spesifik, memastikan bahwa hasilnya akurat dan tidak dipengaruhi oleh keberadaan zat lain dalam sampel. ELISA kit terus mengalami perkembangan dengan kit yang lebih sensitif dan spesifik, peningkatan dalam penggunaan biomarker baru, dan integrasi teknologi baru untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi pengujian. Dengan demikian, ELISA Kit terus menjadi alat penting dalam upaya penelitian dan pengobatan anemia.
Artikel terkait :
Pemeriksaan Ferritin sebagai Salah satu Indikasi Anemia
Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil di Indonesia
Sumber :