Apa itu Food Safety?
Food safety atau keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.. Hal ini merupakan aspek krusial dalam industri makanan dan minuman, mengingat dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Keamanan pangan merupakan masalah yang semakin mengkhawatirkan di seluruh dunia. Untuk menjamin keamanan pangan dan pakan, lebih dari 100 negara telah merumuskan peraturan terkait pangan dan pakan. Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memainkan peran penting dalam mengatur batasan dan melakukan pemeriksaan keamanan pangan.
Peraturan BPOM Terkait Keamanan Pangan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia memiliki berbagai peraturan untuk mengatur keamanan pangan, termasuk batasan untuk mikotoksin, residu antibiotik, dan kontaminasi bakteri. Berikut adalah beberapa peraturan BPOM yang relevan:
Pengendalian Keamanan Pangan
Keamanan pangan meliputi berbagai aspek untuk memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat aman dan tidak membahayakan kesehatan. Hal ini termasuk pengendalian terhadap mikotoksin, residu antibiotik, dan kontaminasi pada makanan olahan.
1. Mikotoksin: Ancaman Fungi pada Pangan
Mikotoksin adalah senyawa racun yang dihasilkan oleh jamur yang tumbuh pada bahan makanan seperti biji-bijian, kacang-kacangan, dan hasil pertanian lainnya. Mikotoksin seperti aflatoxin, okratoksin A, dan deoksinivalenol dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk keracunan makanan, gangguan sistem pencernaan, dan bahkan kanker. Untuk mengendalikan risiko mikotoksin dalam makanan, produsen makanan perlu memperhatikan praktik pertanian yang baik, pengelolaan penyimpanan yang tepat, dan pengujian rutin untuk mendeteksi keberadaan mikotoksin dalam bahan baku dan produk jadi.
Batas aman mikotoksin dalam pangan ditetapkan oleh badan pengawas makanan dan obat-obatan di berbagai negara, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia. Standar tersebut berbeda-beda tergantung jenis mikotoksin dan jenis pangan yang dimaksud. Beberapa contoh batas aman mikotoksin dalam pangan yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
1.1 Aflatoxin
Aflatoxin adalah salah satu jenis mikotoksin yang paling berbahaya. Jenis mikotoksin ini yang ditemukan pada produk dan hasil olahan pertanian, seperti serealia (jagung, sorgum, beras, dan gandum), rempah – rempah (lada, jahe, kunyit) dan kacang – kacangan (almond dan kacang tanah), juga pada produk hasil ternak seperti susu, telur dan daging. Aflatoksin dihasilkan dari kelompok jamur Aspergillus (Aspergillus flavus, A. parasiticus dan A. nomius). BPOM Indonesia telah menetapkan batas maksimum untuk aflatoxin dalam pangan, terutama pada bahan pangan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahannya. Contohnya, batas maksimum untuk aflatoxin B1 dalam bahan makanan adalah 20 µg/kg.
1.2 Okratoksin A
Okratoksin A (OTA) adalah salah satu jenis mikotoksin yang paling umum ditemukan dalam makanan, terutama pada biji-bijian seperti gandum, jagung, dan kopi, serta pada produk pangan olahan yang terbuat dari bahan-bahan tersebut. Okratoksin adalah kelompok mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa spesies Aspergillus (Aspergillus ochraceus, A. carbonarius dan A. niger) serta beberapa spesies Penicillium terutama Penicillium verrucosum. Batas minimum OTA yang diatur oleh BPOM Indonesia diantaranya, pada beras adalah 5 mikrogram per kilogram (µg/kg), sedangkan untuk kacang kedelai adalah 10 µg/kg.
1.3 Deoksinivalenol (DON)
Deoksinivalenol adalah mikotoksin yang biasanya ditemukan pada serealia, seperti barley, sorghum. Mikotoksin ini produksi dari Fusarium graminearum. BPOM memiliki standar batas maksimum untuk DON dalam pangan tertentu. Sebagai contoh, batas maksimum untuk DON dalam tepung terigu adalah 1.000 µg/kg.
Baca juga artikel Deteksi Mikotoksin pada Produk Pangan dengan ELISA Kit Merk Elabscience disini.
Penting untuk dicatat bahwa batas aman mikotoksin dapat bervariasi antara negara dan organisasi yang mengatur. Hal ini karena faktor-faktor seperti kondisi pertanian, praktik pengolahan pangan, dan preferensi konsumen yang berbeda-beda dapat mempengaruhi risiko kontaminasi mikotoksin dalam pangan.
2. Residu Antibiotik: Dampak Negatif pada Kesehatan Manusia
Penggunaan antibiotik dalam peternakan dan pertanian dapat meninggalkan residu dalam produk pangan, terutama daging dan susu. Konsumsi residu antibiotik dapat menyebabkan resistensi antibiotik pada manusia, menyulitkan pengobatan infeksi bakteri. Residu antibiotik pada sumber pangan diatur dalam Peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI: 01-6366-2000). Beberapa contoh batas aman residu antibiotik dalam pangan menurut SNI adalah sebagai berikut:
2.1 Kloramfenikol
Kloramfenikol (CAP) merupakan antibiotik spektrum luar, telah digunakan lebih dari 20 tahun yang lalu secara legal untuk menjaga kesehatan hewan dari infeksi bakteri. Karena penggunaan CAP ini dapat menyebabkan anemia aplastik pada manusia serta beberapa efek reproduksi/hepatotoksik yang tidak diinginkan pada hewan, beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik ini pada hewan ternak. Namun, residunya masih banyak terdeteksi pada berbagai komoditas pangan, seperti telur, daging, susu, dan madu, kemungkinan karena penggunaan CAP secara ilegal. Badan Standar Nasional (SNI: 01-6366-2000) menetapkan batas maksimum residu kloramfenikol dalam produk pangan seperti daging dan susu. Contoh batas maksimumnya untuk daging dan susu adalah 0.01 mg/kg.
2.2 Tetracycline
Tetracycline (TC) adalah kelompok antibiotik yang sering digunakan dalam peternakan dan pertanian. Residu TC dapat secara langsung menimbulkan efek toksik dan berbahaya terhadap kesehatan konsumen, seperti menimbulkan reaksi alergi, resistensi obat terhadap mikroorganisme, perkembangan janin yang buruk, gangguan pencernaan dan pigmentasi pada gigi. BSN memiliki batas maksimum untuk residu tetrasiklin pada daging sebesar 0,1 mg/kg, sedangkan pada susu dan telur adalah 0,05 mg/kg.
2.3 Nitrofuran
Nitrofuran merupakan kelompok antibiotik berspektrum luas pada hewan ternak. Namun Uni Eropa (Council Regulation (EEC) No 2377/90) telah melarang penggunaannya untuk hewan ternak karena dapat menimbulkan bahaya serius. Turunan dari Nitrofuran diantaranya, furazolidone, furaltadone, nitrofurantoin, nitrofurazone dan nifursol. Batas maksimal residu Nitrofuran berdasar SNI: 01-6366-2000 yaitu 0,05 mg/kg untuk Daging, susu maupun telur.
Baca juga artikel ELISA Kit Untuk Pengujian Antibiotik Pada Sampel Daging dan Seafood disini.
Batas aman residu antibiotik dalam pangan dapat berbeda tergantung pada jenis antibiotik, jenis pangan, dan negara tempat pangan tersebut dihasilkan atau diperdagangkan. Oleh karena itu, produsen pangan diharapkan untuk mematuhi regulasi yang berlaku dan melakukan pengujian secara berkala untuk memastikan bahwa residu antibiotik dalam produk mereka berada dalam batas aman sesuai regulasi yang berlaku.
3. Kontaminasi Bakteri: Potensi Penyebab Penyakit Bawaan Makanan
Kontaminasi bakteri seperti Salmonella, Escherichia coli, dan Staphylococcus aureus dapat terjadi selama produksi, pengolahan, atau penyimpanan makanan olahan. Bakteri patogen ini dapat menyebabkan penyakit bawaan makanan yang serius jika dikonsumsi oleh manusia. Untuk mencegah kontaminasi bakteri pada makanan olahan, diperlukan praktik sanitasi yang baik selama produksi dan pengolahan makanan, termasuk pemantauan dan pengujian rutin untuk memastikan kebersihan dan keamanan produk.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia memiliki standar ketat terkait batas aman kontaminasi bakteri pada pangan untuk memastikan keamanan konsumsi pangan oleh masyarakat. Beberapa parameter penting yang diawasi oleh BPOM dalam hal kontaminasi bakteri meliputi jumlah total bakteri, jumlah bakteri patogen, dan parameter lain yang relevan dengan keamanan pangan. Berikut adalah beberapa contoh batas aman kontaminasi bakteri pada pangan menurut BPOM:
Batas aman kontaminasi bakteri dalam pangan dapat bervariasi tergantung pada jenis pangan, metode pengolahan, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, BPOM secara rutin melakukan pengawasan dan pengujian terhadap sampel pangan untuk memastikan bahwa produk pangan yang beredar memenuhi standar keamanan yang ditetapkan.
Pemeriksaan Keamanan Pangan dengan ELISA Kit: Elabscience
Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) kit adalah metode yang digunakan secara luas dalam pemeriksaan keamanan pangan. Metode ini memanfaatkan reaksi antigen-antibodi untuk mendeteksi konsentrasi substansi tertentu dalam sampel pangan. Elabscience merupakan perusahaan yang memberikan solusi keamanan pangan dan pakan secara global. Mereka menyediakan berbagai solusi pengujian inovatif dan layanan untuk deteksi mikotoksin, residu, dan kontaminan kualitatif dan kuantitatif dalam makanan dan pakan, salah satunya yaitu Food Safety ELISA Kit. Berbagai sampel pangan dapat diuji, seperti daging, seafood, susu, madu, dan lain-lain.
Berikut merupakan list Produk Elabscience yang kami tawarkan untuk ELISA kit Aflatoksin dan residu Antibiotik.
No. Catalog | Deskripsi | Sample type | Size |
E-FS-E079 | ABM(Abamectin) ELISA Kit | Raw milk,Finished milk,Yogurt | 96T |
E-TO-E006 | AF(Total Aflatoxin) ELISA Kit | Cereals,Formula feed,Edible oil,Peanut,Biscuit,Beer,Wine,Soy sauce,Vinegar | 96T |
E-TO-E008 | AFB1(Aflatoxin B1) ELISA Kit | Cereals,Corn skin,Wheat bran,Edible oil,Peanut, Biscuits,Beer,Wine,Soy sauce,Vinegar | 96T |
E-TO-E007 | AFM1(Aflatoxin M1) ELISA Kit | Milk,Milk powder,Urine | 96T |
E-TO-E018 | AFM1(Aflatoxin M1) ELISA Kit | Milk,Milk powder, Yogurt, Cheese, Single Cream | 96T |
E-FS-E004 | AHD(Nitrofurantoin) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Feed,Egg powder,Egg | 96T |
E-FS-E085 | Am(Amantadine) ELISA Kit | Muscle,Egg,Milk | 96T |
E-FS-E077 | AMO(Amoxicillin) ELISA Kit | Muscle,Raw Milk,Egg | 96T |
E-FS-E002 | AMOZ(Nitrofuran Furaltadone) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Egg powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E003 | AOZ(Nitrofuran Furazolidone) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Egg powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E080 | AOZ(Nitrofuran Furazolidone) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Egg powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E098 | AOZ(Nitrofuran Furazolidone) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Egg powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E044 | CAP(Chloramphenicol) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Egg,Water,Urine,Serum,Feed,Milk powder | 96T |
E-FS-E106 | CAP(Chloramphenicol) ELISA Kit | Muscle,Honey,Finished milk,Milk powder,Yogurt,Ham sausage,Raw milk,Egg,Feed,Serum | 96T |
E-FS-E113 | CAP(Chloramphenicol) ELISA Kit | Milk,Milk powder,Cheese | 96T |
E-FS-E026 | CIM(Cimaterol) ELISA Kit | Muscle,Urine,Serum | 96T |
E-FS-E025 | CLE(Clenbuterol) ELISA Kit | Muscle,Feed,Urine | 96T |
E-FS-E089 | CLO(Clorprenaline) ELISA Kit | Muscle,Serum,Urine | 96T |
E-FS-E092 | CM(Ceftiofur Metabolite) ELISA Kit | Muscle | 96T |
E-FS-E070 | Col(Colistin) ELISA Kit | Muscle,Urine,Egg | 96T |
E-FS-E033 | CPFX(Ciprofloxacin) ELISA Kit | Muscle,Honey,Milk,Egg,Milk powder | 96T |
E-FS-E096 | CPZ(Chlorpromazine) ELISA Kit | Muscle,Liver | 96T |
E-FS-E024 | CTC(Chlortetracycline) ELISA Kit | Muscle,Liver,Egg,Honey,Urine | 96T |
E-FS-E111 | CTC(Chlortetracycline) ELISA Kit | Muscle,Honey | 96T |
E-FS-E001 | DES(Diethylstilbestrol) ELISA Kit | Muscle,Liver | 96T |
E-FS-E009 | DEX(Dexamethasone) ELISA Kit | Muscle,Milk,Feed | 96T |
E-FS-E066 | Dic(Diclazuril) ELISA Kit | Muscle | 96T |
E-TO-E003 | DON (Deoxynivalenol) ELISA Kit | Cereals,Feed,Corn skin,Wheat bran | 96T |
E-TO-E011 | DON(Deoxynivalenol) ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-TO-E023 | DON(Deoxynivalenol) ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-FS-E110 | DOX(Doxycycline) ELISA Kit | Muscle,Raw milk, Egg, Urine, Liver,Serum | 96T |
E-FS-E082 | DRM(Doramectin) ELISA Kit | Raw milk,Finished milk,Yogurt | 96T |
E-FS-E027 | DZP(Diazepam) ELISA Kit | Muscle,Urine,Feed | 96T |
E-FS-E117 | E2(Estradiol) ELISA Kit | Muscle,Milk,Feed | 96T |
E-FS-E032 | ENR(Enrofloxacin) ELISA Kit | Muscle,Honey,Milk,Milk powder, Egg | 96T |
E-FS-E056 | ENR(Enrofloxacin) ELISA Kit | Muscle,Honey,Milk,Milk powder,Egg | 96T |
E-FS-E083 | ERY(Erythromycin ) ELISA Kit | Muscle,Raw milk,Egg | 96T |
E-TO-E020 | FB1(Fumonisin B1) ELISA Kit | Corn,Feed | 96T |
E-FS-E062 | FF(Florfenicol) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Milk,Milk powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E054 | FQNs(Fluoroquinolones) ELISA Kit | Muscle,Honey,Milk,Milk powder,Egg,Urine | 96T |
E-TO-E024 | Fumonisins ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-FS-E073 | Gen(Gentamicin) ELISA Kit | Muscle,Milk,Egg | 96T |
E-FS-E087 | KAM(Kanamycin) ELISA Kit | KAM(Kanamycin) ELISA Kit | 96T |
E-FS-E095 | LIN(Lincomycin) ELISA Kit | Muscle,Raw milk,Urine,Egg,Liver | 96T |
E-FS-E061 | LIN(Lincomycin) ELISA Kit | Muscle,Honey,Urine | 96T |
E-FS-E068 | Neo(Neomycin) ELISA Kit | Muscle,Milk,Egg | 96T |
E-FS-E035 | NMZs(Nitroimidazoles) ELISA Kit | Muscle,Liver,Honey,Egg | |
E-FS-E007 | OQX(Olaquindox) ELISA Kit | Muscle,Feed | 96T |
E-TO-E001 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-TO-E015 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-TO-E021 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | Cereals,Feed | 96T |
E-FS-E094 | OTC(Oxytetracycline ) ELISA Kit | Muscle,Liver,Egg,Honey,Urine | 96T |
E-FS-E112 | OTC(Oxytetracycline ) ELISA Kit | Muscle,Milk,Egg,Feed | 96T |
E-FS-E086 | QCA(Quinoxaline-2-carboxylic acid) ELISA Kit | Muscle,Egg,Liver,Milk | 96T |
E-FS-C027 | QNs(Quinolones ) Lateral Flow Assay Kit | Muscle,Honey,Egg,Milk | 96T |
E-FS-C034 | QNs(Quinolones ) Lateral Flow Assay Kit | Muscle | 96T |
E-FS-E034 | QNs(Quinolones) ELISA Kit | Muscle,Honey,Egg,Milk,Milk powder,Urine | 96T |
E-FS-E012 | RAC(Ractopamine) ELISA Kit | Muscle,Liver,Feed,Urine | 96T |
E-FS-E088 | RB(Ribavirin) ELISA Kit | Muscle,Egg,Milk | 96T |
E-FS-E022 | SAR(Sarafloxacin) ELISA Kit | Muscle,Honey,Milk,Milk powder,Egg,Urine | 96T |
E-FS-E040 | SAs(Sulfonamides of 3-in-1 ) ELISA Kit | Muscle,Serum,Urine,Milk,Egg,Feed,Honey | 96T |
E-FS-E072 | SAs(Sulfonamides) ELISA Kit | Muscle,Urine,Liver,Honey,Serum,Raw milk,Reconstituted milk,Finished milk,Egg,Feed | 96T |
E-FS-E114 | SDZ(Sulfadiazine) ELISA Kit | Muscle,Serum,Urine,Honey,Milk,Egg,Water | 96T |
E-FS-E005 | SEM(Nitrofurazone) ELISA Kit | Muscle,liver,Honey,Milk,Milk powder,Egg powder,Feed,Egg | 96T |
E-FS-E118 | SET(Staphylococcal aureus Enterotoxin Total) ELISA Kit | Milk,Yogurt, Milk powder | 96T |
E-FS-E081 | SM(Spectinomycin) ELISA Kit | Muscle,Raw milk,Egg | 96T |
E-FS-E052 | SMD(Sulfametoxydiazine) ELISA Kit | Muscle,Serum,Urine,Honey,Milk, Egg | 96T |
E-FS-E051 | SMM(Sulfamonomethoxine) ELISA Kit | Muscle,Serum,Urine,Honey,Milk, Egg | 96T |
E-FS-E021 | SMZ( Sulfamethoxazole) ELISA Kit | Muscle,Honey,Serum,Urine,Egg,Milk,Feed | 96T |
E-FS-E046 | TCs(Tetracyclines) ELISA Kit | Muscle,Liver,Egg,Honey,Urine,Milk,Milk powder | 96T |
E-TO-E002 | ZEN (Zearalenone) ELISA Kit | Cereals,Feed,Corn skin,Wheat bran | 96T |
E-FS-E065 | β-lactams(Beta-lactam Antibiotic) ELISA Kit | Muscle,Egg,Milk | 96T |
Sumber: