ELISA Kit Elabscience untuk Deteksi Ochratoxin A

ELISA Kit Elabscience untuk Deteksi Ochratoxin A

ELISA Kit Elabscience untuk Deteksi Ochratoxin A

Pendahuluan Mengenai Okratoksin

Okratoksin A (OTA) adalah salah satu mikotoksin berbahaya yang dihasilkan oleh kapang Aspergillus sp. dan Penicillium sp yang sering mengkontaminasi produk pertanian. Okratoksin A (OTA) adalah mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa spesies kapang dari genus Aspergillus dan Penicillium. Genus Aspergillus yang dapat memproduksi OTA antara lain A. Ochraceus, A. carbonarius, A. niger, A. westerdijkiae, A. alliaceus, A. sclerotiorum, A. sulphureus, A. albertensis, A. auricomus, A. lacticoffeatus, A. sclerotioniger, A. fumigates, A. versicolor, A. wenti, A. awamori, A. cretensis, A. flocculosus, A. pseudoelegans, A. roseoglobulosus, A. westerdijkiae, dan A. affinis. Sedangkan genus Penicillium yang juga dapat memproduksi Okratoksin A, yaitu P. verrucosum, P. nordicum, P. expansum, P. chrysogenum, P. glycyrrhizacola, dan P. polonicu.

Kapang-kapang tersebut banyak mengkontaminasi produk pertanian antara lain jagung, gandum, barley, oats, dan rye yang digunakan sebagai bahan pangan dan pakan. Okratoksin A (OTA) merupakan jenis okratoksin yang paling toksik dibandingkan dengan jenis lainnya. Oleh IARC, Okratoksin A diklasifikasi sebagai senyawa karsinogen group 2B pada hewan laboratorium meskipun mekanisme toksisitasnya belum diketahui secara pasti. Selain itu, Okratoksin A juga bersifat hepatotoksik, teratogenik, dan imunotoksik. OTA berpotensi menimbulkan penyakit yang dikenal dengan okratoksikosis.

Bahaya Kandungan Okratoksin A  Dalam Industri

Okratoksikosis pada ternak disebabkan oleh adanya kontaminasi Okratoksin A pada pakan yang melebihi batas ambang. Keberadaan OTA mempengaruhi metabolisme yang berakibat terhadap penurunan produksi, reproduksi, dan kualitas serta keamanan pangan asal hewan. Beberapa jurnal melaporkan bahwa pemberian ransum yang mengandung OTA menyebabkan penurunan bobot badan, nephropathy, dan peningkatan mortalitas pada babi, sedangkan pada ayam petelur menyebabkan penurunan produksi telur. Dalam jurnal juga dijelaskan bahwa kandungan Okratoksin A sebanyak 2 ppm pada pakan menimbulkan gejala okratoksikosis pada unggas antara lain penurunan bobot badan dan produksi telur, diare, gangguan ginjal, serta perubahan hematologis. Sedangkan pada konsentrasi tinggi (4 ppm) terjadi peningkatan mortalitas secara drastis.

Beberapa pelaporan adanya kandungan Okratoksin A dalam industri secara global antara lain :

  • Di tahun 2011, Pattono et al. mendeteksi adanya residu Okratoksin A dengan konsentrasi 0,07-0,11 ppb pada sampel susu sapi, kambing, dan domba di Italia.
  • Kontaminasi Okratoksin A pada pakan ternak di Polandia pada tahun 2014-2016 dengan kisaran konsentrasi 0,3-300 ppb.
  • Dalam penelitian Abad et al. di tahun 2016 juga melaporkan adanya residu OTA pada sampel susu di Iran dengan konsentrasi mencapai 21,4 ppb.
  • Pada tahun 2017, Pietruszka et al. melaporkan bahwa pemberian pakan mengandung Okratoksin A menyebabkan terjadinya residu pada ginjal, hati, dan daging babi dengan konsentrasi 0,2-150 ppb, di mana pada beberapa sampel konsentrasinya melebihi batas regulasi.
  • Kontaminasi Okratoksin A secara alami juga ditemukan pada pakan ayam petelur dan pakan ruminansia di Chivas City, Brazil dengan konsentrasi di bawah batas toleransi pada tahun 2018.

Keberadaan Okratoksin A yang melebihi ambang batas pada pangan asal hewan dikhawatirkan menyebabkan terjadinya okratoksikosis yang membahayakan kesehatan manusia sebagai konsumen.

Regulasi Ambang Batas Okratoksin A

Pada manusia, gejala penyakit yang ditimbulkan oleh Okratoksin A antara lain  penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, depresi, dehidrasi, dan poliuria. Efek dari Okratoksin A pada manusia dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan hati, serta mengakibatkan teratogenik (melalui plasenta) dan imunosupresi. Residu Okratoksin A pada bahan pangan dan produk hewani menjadi kekhawatiran dunia, sehingga, beberapa negara telah menentukan batas maksimum residu (BMR) OTA pada bahan pangan sebagai persyaratan dalam perdagangan global.

Sebab Okratoksin A merupakan senyawa yang stabil dan tidak rusak oleh proses pemanasan, maka keberadaannya pada bahan pakan dan pangan sangat ketat diawasi. Oleh karena itu, sebanyak 8 negara telah mengeluarkan regulasi Okratoksin A dalam bahan pangan sebagai berikut :

  • Berdasarkan WHO 2007 batas Okratoksin A berkisar antara 1-50 ng/g dengan batas toleransi harian sebesar 14 ng/kg BB.
  • Sedangkan WHO pada tahun 2002 menentukan batas maksimum OTA pada serealia sebesar 5 µg/kg dan produknya 3 µg/kg.
  • Batas maksimum cemaran mikotoksin Okratoksin A dalam pangan olahan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan dengan Peraturan Nomor 8 tahun 2018 sebagai berikut :

Tabel 1. Batas maksimum cemaran Okratoksin A

No Jenis Pangan Batas Maksimum

(ppb atau µg/kg)

  1. Produk serealia antara lain wheat, barley, rye, grain, brown rice 5
  2. Produk olahan serealia siap konsumsi 3
  3. Kopi bubuk, Kopi sangrai 5
  4. Kopi instan 10
  5. Anggur (dalam bentuk jus atau sari buah) 2
  6. Anggur (dalam bentuk buah kering) 10
  7. MP-ASI berbahan dasar serealia 0,5
  8. Bir 0,2
  9. Wine 2

Deteksi Okratoksin A dengan Mudah, Cepat, dan Harga Terjangkau

Untuk menentukan Batas Maksimum Residu (BMR) dari Okratoksin A dibutuhkan metode yang sensitif, spesifik, akurat, mudah digunakan, dan harga terjangkau. Sejauh ini metode yang banyak digunakan untuk analisis OTA, yaitu kromatografi (HPLC, LC-MS/MS) yang umumnya menggunakan pereaksi organik berbahaya, proses analisis yang lama, biaya yang tinggi, serta peralatan yang mahal. Immunoassay merupakan metode alternatif yang banyak digunakan karena memiliki keunggulan lebih spesifik, lebih sensitif, lebih cepat dan mudah, dan tentunya dengan yang terjangkau. Di antara immunoassay yang paling banyak digunakan untuk

mendeteksi Okratoksin A adalah enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) yang beredar secara komersial. ELISA dapat digunakan untuk mendeteksi OTA dengan cepat, mudah, dan biaya yang terjangkau dibandingkan metode yang lainnya. Berbagai jenis sampel dapat dideteksi dengan metode ELISA OTA antara lain bahan mentah (jagung, kopi, dan biji-bijian lainnya), pangan, pakan hewan, serum, plasma, susu, jaringan tubuh, dan sampel lainnya.

Food safety atau keamanan pangan hewani sangat tergantung pada kualitas pakan yang digunakan. Perlu dilakukan monitoring terhadap proses penyediaan bahan pangan asal ternak secara ketat, mulai dari penyediaan pakan sampai dengan produk akhir perlu dilakukan oleh produsen pakan. Untuk itu, dibutuhkan teknik deteksi yang mudah, cepat, dan akurat antara lain ELISA kit dari Elabscience berikut.

Gambar 1. ELISA Kit Ochratoxin A (OTA) dari Elabscience

Gambar 1. ELISA Kit Ochratoxin A (OTA) dari Elabscience

Tabel 1. ELISA Kit Okratoksin A dari Elabscience

Brand Origin Manufacture No. Katalog Deskripsi Kit Jenis Sampel ⅀ test
Elabscience China E-TO-E015 OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit

Dengan LOD :

–       Cereals : 1 ppb

–       Feed : 2 ppb

Cereals, Feed 96T
Elabscience China E-TO-E021 OTA(Ochratoxin A) ELISA Kit

Dengan LOD :

–       Cereals, Feed :

100 ppb

–       Reaction mode: 25℃; 15 min,15 min,15 min

Cereals, Feed 96T
Elabscience China E-TO-E001 OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit

Dengan LOD :

–       Cereals : 5 ppb

–       Feed : 10 ppb

Cereals, Feed 96T
Elabscience China E-TO-SP001 OTA(Ochratoxin A) ELISA Kit

Dengan LOD :

–       Serum, Liver, Muscle : 10 ppb

Serum, Muscle, Liver 96T

Artikel Terkait :

Food Safety ELISA Kit untuk Keamanan Pangan dari Elabscience

Referensi :

Maryam, R., Widiyanti, P. M., Ramadhani, F., & H, M. (2020). Homogenitas dan Stabilitas Kit ELISA OTA, serta Aplikasinya untuk Mendeteksi Okratoksin A pada Pakan Unggas. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veteriner, 20(20), 664–676. https://doi.org/10.14334/pros.semnas.tpv-2020-p.664-676