Pendahuluan
Sebagai negara kepulauan yang terletak di zona tropis dan berada di persimpangan antara dua benua dan dua samudera, Indonesia memiliki wilayah lautan dan daratan yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti flora dan fauna akuatik. Salah satu potensi dari keanekaragaman tersebut adalah perikanan dengan prospek besar untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Potensi sumber daya perikanan di era globalisasi yang semakin besar mengakibatkan adanya peningkatan tuntutan konsumen terhadap standar mutu keamanan pangan dan produk perikanan sehingga memicu penggunaan Obat, Bahan Kimia dan Bahan Biologis (OIKB) sebagai salah satu input dalam proses produksi perikanan. Tuntutan tersebut memastikan bahwa kegiatan operasional produksi perikanan tetap mengedepankan kualitas dan keamanan pangan karena dapat dikaitkan dengan berbagai resiko terhadap kesehatan manusia apabila mengkonsumsinya. Indonesia memerlukan adanya perbaikan sistem kerangka mutu untuk meningkatkan daya saing dan akses pasar, sehingga menyebabkan adanya batasan pada penggunaan bahan terapeutik. Penggunaan bahan terapeutik masih sering dijumpai di dalam produk perikanan, dengan adanya kandungan bahan terapeutik pada produk tersebut, maka dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia (Najah dkk., 2024).
Bahan terapeutik seperti antibiotik adalah salah satu bahan tambahan pakan tidak langsung yang digunakan dalam budidaya ikan. Tujuan dari pemberian antibiotik adalah membantu mencegah penyakit dan untuk mempercepat pertumbuhan ikan ataupun udang. Penggunaan antibiotik di bidang perikanan tidak dapat dihindari karena antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit pada hewan baik pada bagian luar tubuh hewan maupun sistem pencernaan hewan. Pada ternak udang dan ikan, antibiotik digunakan sebagai alternatif untuk pengobatan penyakit dan untuk meningkatkan nafsu makan. Hal ini dikarenakan ikan atau udang sangat rentan terhadap serangan penyakit tertentu seperti bakteri vibrios atau virus. Apabila penyakit tersebut dibiarkan dan sudah tidak dapat dikontrol dengan baik, maka dapat menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen dan menghasilkan residu di jaringan tubuh hewan tersebut.
Selain penambahan OIKB, dalam pengolahan ikan terdapat metode untuk meningkatkan nilai tambahnya, salah satunya yaitu dengan cara pemindangan. Pemindangan merupakan suatu teknik pengolahan dan pengawetan dengan cara merebus ataupun memasak ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu tertentu dan selanjutnya terjadi proses pengurangan kadar air sampai batas tertentu. Usaha pemindangan memiliki potensi untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional, dan jenis usaha ini pada tahun 2017 mencapai 11,561 unit usaha.
Meskipun demikian, ada satu hal yang perlu diwaspadai setelah mengkonsumsi ikan pindang yaitu timbul rasa gatal pada kulit, mual, muntah dan diare. Hal ini disebabkan oleh keracunan histamin yang umumnya melalui makanan dan ditandai dengan berbagai gejala yang mirip dengan reaksi alergi. Histamin merupakan senyawa biogenik amina yang ada pada ikan dan terbentuk ketika histidin diubah menjadi histamin oleh bakteri tertentu (Wahidi dkk., 2022).
Umumnya, histamin jarang ditemukan pada ikan segar atau ikan dengan penanganan yang baik. Kadar histamin ikan seringkali digunakan sebagai indikator tingkat kesegaran atau kerusakan pada ikan dan persyaratan kesehatan ikan di beberapa negara. Kadar histamin untuk produk perikanan khususnya ikan beku tidak lebih dari 100 mg/kg sesuai persyaratan mutu dan keamanan pangan yang tercantum pada SNI 4110:2014 (Standar Nasional Indonesia, 2014).
Oleh karena hal tersebut, maka penting untuk dapat mendeteksi residu antibiotik, histamin ataupun Obat, Bahan Kimia dan Bahan Biologis (OIKB) lainnya pada sampel industri perikanan. Pendeteksian tersebut dapat melalui pengujian rapid test dan ELISA.
Rapid Test dan ELISA untuk Sampel Industri Makanan
Rapid test atau tes cepat adalah metode diagnostik yang relatif cepat dan mudah untuk mendeteksi keberadaan zat atau mikroorganisme dalam sampel. Rapid test dalam industri perikanan digunakan untuk deteksi cepat berbagai kontaminan atau parameter yang penting dalam memastikan kualitas dan keamanan produk perikanan. Pengujian ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi masalah potensial dalam waktu singkat, memungkinkan tindakan yang cepat untuk mencegah kerugian atau bahaya bagi konsumen.
Sedangkan ELISA atau Enzyme-Linked Immunosorbent Assay adalah metode pengujian di laboratorium yang lebih sensitif dan spesifik dibandingkan dengan rapid test. ELISA digunakan untuk mendeteksi zat tertentu seperti protein, mikroorganisme, atau toksin dalam sampel produk perikanan. Metode ELISA sudah populer di berbagai kalangan baik peneliti maupun profesional kesehatan yang dapat mendeteksi kadar biomarker dalam konsentrasi yang sangat rendah. Metode ELISA menawarkan hasil yang konsisten dan dapat diulang. Protokol yang relatif sederhana membuat ELISA menjadi metode yang masih menjadi favorite dalam penelitian dan diagnostik klinis.
Prinsip rapid test adalah menangkap antibodi pada permukaan padat tempat antigen komplementer menempel. Ada berbagai jenis teknologi yang digunakan pada rapid test seperti imunokromatografi, uji aliran lateral, ataupun kaset. Sedangkan prinsip mendeteksi biomarker dengan metode ELISA antara lain sebagai berikut: Sampel yang mengandung biomarker (misalnya serum atau plasma) ditambahkan ke dalam sumur yang dilapisi dengan antibodi spesifik. Sampel yang akan dideteksi akan terikat pada antibodi spesifik. Setelah ikatan antigen-antibodi terbentuk, antibodi sekunder yang dilabeli dengan enzim ditambahkan. Antibodi sekunder juga akan terikat pada sampel yang mengandung biomarker. Substrat spesifik kemudian ditambahkan dan akan bereaksi dengan enzim pada antibodi sekunder untuk menghasilkan sinyal (berupa perubahan warna). Intensitas sinyal yang dihasilkan diukur menggunakan alat ELISA reader/Microplate Reader. Kadar biomarker dalam sampel dapat dihitung dengan membandingkan intensitas sinyal dengan kurva standar yang telah dibuat sebelumnya.
Adapun keunggulan dari rapid test adalah waktu pengujian yang cepat dalam mendapatkan hasil, serta kemudahan penggunaannya tanpa memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. Berbeda dengan rapid test, ELISA membutuhkan peralatan laboratorium dan lebih memakan waktu dibandingkan dengan rapid test. Namun, dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan sensitif dibandingkan dengan rapid test.
Industri perikanan di Indonesia sangat besar, dan sektor ini menjadi salah satu penghasil pangan utama. Pengujian kualitas dan keamanan produk perikanan sangat penting untuk memastikan bahwa produk yang diekspor atau dikonsumsi oleh masyarakat aman dan memenuhi standar kesehatan. Oleh karena itu, penggunaan metode rapid test dan ELISA sangat membantu dalam industri ini, khususnya untuk:
Metode rapid test dan ELISA sangat penting dalam industri perikanan di Indonesia. Rapid test dan ELISA saling melengkapi dalam menjaga kualitas dan keamanan produk perikanan, yang pada gilirannya mendukung perdagangan dan konsumsi yang aman baik di pasar domestik maupun internasional.
Produk Rapid Test dan ELISA
Pribolab adalah salah satu perusahaan yang menyediakan berbagai Rapid Test dan ELISA Kit untuk berbagai aplikasi, termasuk di sektor industri perikanan. Mereka menawarkan berbagai kit yang dirancang untuk mendeteksi patogen, toksin, residu kimia, dan parameter lainnya dalam produk perikanan.
Berikut merupakan produk rapid test dan ELISA Kit dari brand Pribolab yang dapat digunakan pada sampel industri perikanan.
Nomor Katalog | Nama Produk | Foto Produk |
HWEKT-M10 | PriboFast®Tetrodotoxin (TTX) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M20 | Microcystin (MC) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M30 | Anatoxin ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M60 | Paralytic Shellfish Poisoning (PSP) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M70 | Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP),Okadaic Acid ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M70Abr | Diarrhetic Shellfish Poisoning (DSP) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M80 | Neurotoxic shellfish poinsoning (NSP) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M90 | Amnesic Shellfish Poisoning (ASP) ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M100 | Cylindrospermopsin (CYN)ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-M110 | Nodularin (NOD)ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-HI20 | PriboFast®Histamine ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-CR90 | PriboFast®Crustaceans Tropomyosin ELISA Kit | ![]() |
HWEKT-F40 | PriboFast®Fish (Parvalbumin) ELISA Kit | ![]() |
HWPRS-A80 | Crustaceans Rapid Test Strip | ![]() |
HWPRS-A90 | Fish Rapid Test Strip | ![]() |
Selain Pribolab, brand Elabscience juga menawarkan pilihan yang lebih beragam untuk pengujian ELISA pada sampel industri perikanan dengan beberapa kit sebagai berikut.
Nomor Katalog | Nama Produk | Sample Type |
E-FS-E001 | DES (Diethylstilbestrol) ELISA Kit | Muscle;Liver |
E-FS-C002 | AOZ (Nitrofuran Furazolidone) Lateral Flow Assay Kit | Honey;Muscle;Liver |
E-FS-E002 | AMOZ (Nitrofuran Furaltadone) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Milk;Milk powder;Egg powder;Feed;Egg |
E-FS-E003 | AOZ (Nitrofuran Furazolidone) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Milk;Milk powder;Egg powder;Feed;Egg |
E-FS-E004 | AHD (Nitrofurantoin) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Milk;Milk powder;Feed;Egg powder;Egg |
E-FS-E005 | SEM (Nitrofurazone) ELISA Kit | Muscle;liver;Honey;Milk;Milk powder;Egg powder;Feed;Egg |
E-FS-E008 | MQCA (Olaquindox Metabolites) ELISA Kit | Muscle;Liver |
E-FS-C039 | MQCA (Olaquindox Metabolites) Lateral Flow Assay Kit | Muscle |
E-FS-E010 | MEL (Melamine) ELISA Kit | Milk powder;Milk;Muscle;Liver;Feed;Egg;Serum |
E-FS-E013 | MG (Malachite Green) ELISA Kit | Muscle |
E-FS-C050 | MG (Malachite Green) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Water |
E-FS-E022 | SAR (Sarafloxacin) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Milk powder;Egg;Urine |
E-FS-E024 | CTC (Chlortetracycline) ELISA Kit | Muscle;Liver;Egg;Honey;Urine |
E-FS-E111 | CTC (Chlortetracycline) ELISA Kit | Muscle;Honey |
E-FS-E032 | ENR (Enrofloxacin) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Milk powder;Egg |
E-FS-E034 | QNs (Quinolones) ELISA Kit | Muscle;Honey;Egg;Milk;Milk powder;Urine |
E-FS-C027 | QNs (Quinolones) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Honey;Egg;Milk |
E-FS-E056 | ENR (Enrofloxacin) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Milk powder;Egg |
E-FS-C111 | ENR (Enrofloxacin) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Honey;Milk;Egg |
E-FS-E033 | CPFX (Ciprofloxacin) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Egg;Milk powder |
E-FS-E035 | NMZs (Nitroimidazoles) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Egg |
E-FS-E041 | TCs (Tetracyclines) ELISA Kit | Muscle;Liver;Egg;Honey;Urine;Milk;Milk powder |
E-FS-E046 | TCs (Tetracyclines) ELISA Kit | Muscle;Liver;Egg;Honey;Urine;Milk;Milk powder |
E-FS-E064 | TCs (Tetracyclines) ELISA Kit | Muscle;Egg;Liver;Feed;Raw milk;Finished milk |
E-FS-C030 | TCs (Tetracyclines) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Honey;Egg |
E-FS-E054 | FQNs (Fluoroquinolones) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Milk powder;Egg;Urine |
E-FS-E062 | FF (Florfenicol) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Milk;Milk powder;Feed;Egg |
E-FS-C040 | FF (Florfenicol) Lateral Flow Assay Kit | Egg;Muscle |
E-FS-E072 | SAs (Sulfonamides) ELISA Kit | Muscle;Urine;Liver;Honey;Serum;Raw milk;Reconstituted milk; Finished milk;Egg;Feed |
E-FS-C028 | SAs (Sulfonamides) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Honey;Milk |
E-FS-C033 | SAs (Sulfonamides) Lateral Flow Assay Kit | Muscle |
E-FS-E083 | ERY (Erythromycin) ELISA Kit | Muscle;Raw milk;Egg |
E-FS-E084 | TP (Thiamphenicol) ELISA Kit | Muscle;Egg;Milk;Urine |
E-FS-E113 | CAP (Chloramphenicol) ELISA Kit | Muscle;Liver;Honey;Eggs;Water;Urine;Serum;Feed;Milk;Milk powder;Cheese |
E-FS-E129 | OFL (Ofloxacin) ELISA Kit | Muscle;Honey;Milk;Milk powder;Egg;Serum;Urine |
E-FS-C112 | OFL (Ofloxacin) Lateral Flow Assay Kit | Muscle;Honey;Egg |
Untuk pertanyaan produk dan stock lebih lanjut Bapak/Ibu dapat menghubungi kami PT. Indogen melalui email sales.indogen@gmail.com atau melalui WhatsApp berikut untuk fast respon WhatsApp Indogen.
Referensi :
Najah, A., Abida, I. W., Listyarini, D. W. (2024). ANALISIS RESIDU ANTIBIOTIK FURAZOLIDONE PADA IKAN DAN UDANG DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN PASURUAN, JAWA TIMUR. Juvenil, 5(4), 388-393.
Standar Nasional Indonesia. (2014). SNI 4110:2014 Ikan Beku. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Wahidi, B. D., Suseno, A., Suseno, D. A. N., Suseno, D. N., Hakimah, N. (2022). Analisis Kadar Histamin pada Produk Olahan Ikan Pindang di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Menggunakan ELISA. Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 13 (2) : 112-118.
Artikel Terkait