Model penyakit hewan yang diinduksi secara kimiawi adalah metode pembuatan hewan percobaan yang digunakan untuk mempelajari patologi penyakit tertentu dengan cara memberikan zat kimia khusus yang dapat menyebabkan kondisi penyakit pada hewan tersebut.
Model penyakit hewan yang diinduksi secara kimiawi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan:
Kekurangan:
Berbagai model penyakit hewan yang diinduksi secara kimiawi meliputi beberapa jenis penyakit dengan zat kimia tertentu yang dapat memicu kondisi penyakit menyerupai pada manusia, antara lain:
A. Model Kanker
Model penyakit hewan untuk kanker yang diinduksi secara kimiawi umumnya menggunakan senyawa karsinogen seperti 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene (DMBA) yang sering digunakan untuk menginduksi kanker mammae (payudara) pada tikus (Rattus norvegicus). Induksi DMBA memicu mutasi gen melalui pembentukan DNA adduct yang berakibat pada proliferasi sel kanker. DMBA diaktifkan di hati oleh enzim sitokrom P450 menjadi metabolit reaktif yang menyebabkan kerusakan jaringan dan stres oksidatif, sehingga memicu karsinogenesis. Metode induksi ini dilakukan dengan pemberian DMBA secara subkutan (misalnya injeksi intramammary) atau oral, dengan dosis dan frekuensi yang divariasikan tergantung desain penelitian.
Model ini memungkinkan pembentukan tumor payudara dalam waktu yang relatif singkat jika injeksi diberikan langsung ke jaringan target. Studi juga mengamati peningkatan ekspresi onkogen, stres oksidatif, dan perubahan histopatologi organ seperti hati dan jaringan mammae. Model kanker kimiawi dengan DMBA juga dipakai untuk menguji efek terapeutik senyawa antikanker, mekanisme molekuler kanker, serta menggambarkan kondisi klinis kanker mammae.
Selain kanker mammae, DMBA juga digunakan sebagai induktor tumor pada beberapa tipe kanker lain seperti ovarium. Meskipun demikian, keberhasilan induksi bisa bervariasi tergantung rute pemberian, dosis, dan lama waktu paparan. Model karsinogenesis kimiawi ini diminati karena kemudahan pelaksanaan, biaya yang lebih rendah dibanding model transgenik, dan kemiripannya dalam mekanisme kanker yang diinduksi bahan kimia karsinogenik
pesies hewan yang paling umum digunakan untuk model ini khususnya kanker mammae (payudara), adalah tikus galur Rattus norvegicus, terutama strain Sprague-Dawley dan Wistar. Tikus ini dipilih karena kelenjar payudara mereka rentan terhadap induksi karsinogen kimia seperti 7,12-Dimethylbenz[a]anthracene (DMBA) yang secara efektif dapat memicu terbentuknya tumor payudara. Selain tikus, model hewan lain untuk studi kanker kimiawi secara umum juga dapat melibatkan mencit (Mus musculus) dalam konteks lain, tetapi tikus tetap menjadi pilihan paling umum untuk kanker mammae yang diinduksi DMBA karena kemudahan manipulasi dan reprodusibilitas tumor.
B. Model Penyakit Sistem Saraf
Model penyakit hewan yang diinduksi secara kimiawi untuk penyakit sistem saraf banyak digunakan untuk meniru kondisi neurologis pada manusia dengan cara memberikan zat kimia yang mampu menimbulkan neurodegenerasi atau gangguan fungsi saraf. Contoh bahan kimia yang umum dipakai untuk membuat model ini meliputi:
C. Model imunologi dan Penyakit Peradangan
Model penyakit imunologi dan peradangan yang diinduksi secara kimiawi menggunakan aloksan dan karagenin pada tikus dan mencit berperan sebagai model induksi diabetes tipe 1 dan inflamasi akut untuk studi mekanisme penyakit dan terapi.
Aloksan adalah senyawa diabetogenik yang spesifik menghancurkan sel beta pankreas, yang menghasilkan defisiensi insulin dan gejala hiperglikemia khas diabetes tipe 1. Proses induksi diabetes dengan aloksan biasanya disuntikkan secara intraperitoneal atau subkutan pada tikus strain Wistar atau mencit. Aloksan menyerupai glukosa secara struktural sehingga masuk ke dalam sel beta melalui transporter GLUT2 dan merusak struktur sel tersebut. Model ini penting untuk mempelajari gangguan metabolik, respon imun, dan inflamasi kronis pada diabetes.
Karagenin merupakan polisakarida yang digunakan untuk menginduksi inflamasi akut pada kulit atau telapak kaki tikus dan mencit. Penyuntikkan subkutan atau intraplantar karagenin menyebabkan edema lokal, kemerahan, rasa nyeri, dan peningkatan mediator inflamasi. Model ini menggambarkan proses inflamasi sementara yang memungkinkan evaluasi efek antiinflamasi obat pada hewan percobaan.
D. Referensi