Deteksi Polio dengan Kit ELISA

Deteksi Polio dengan Kit ELISA

Apa itu Polio?

Polio atau poliomyelitis adalah salah satu penyakit yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan mengancam jiwa. Penyakit ini disebabkan oleh Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang melakukan perbanyakan di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon). Polio dapat menyerang berbagai usia, terutama menyerang anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti hingga saat ini pun masih menjadi suatu penyakit yang sangat diwaspadai.

Kasus Polio di Indonesia

Dengan adanya resolusi WHO dan program The Global Polio Eradication Initiative pada tahun 1988, Indonesia telah melaksanakan program imunisasi nasional polio selama 3 tahun berturut-turut pada tahun 1995, 1996 dan 1997, serta telah berhasil memberantas virus polio di Indonesia sejak tahun 1996. Namun pada 13 Maret 2005 ditemukan kasus polio pertama di Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sehingga dalam kurun waktu 2005 sampai awal 2006, kasus polio tersebut berkembang menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyerang 305 orang, dan tersebar di 47 kabupaten/ kota di 10 provinsi di Indonesia.

Dengan program imunisasi polio kembali, pada bulan Maret 2014, WHO untuk kawasan Asia Tenggara, menyatakan bahwa kawasan Asia Tenggara telah bebas polio, namun baru-baru ini ditemukan kasus polio yaitu tahun 2022 ditemukan di Aceh Indonesia dan Maret tahun 2023 ditemukan kembali kasus polio di daerah Aceh dan Purwakarta. Munculnya kembali kasus polio ini perlu terus diwaspadai, terutama jika cakupan vaksinasi nya rendah.

Penularan Penyakit Polio

Polio dapat menular dengan kontak antar manusia ke manusia, secara droplet masuk ke mulut dan menyebabkan virus berkembangbiak di dalam usus. Kemudian virus tersebut tersebar melalui feses yang mengkontaminasi lingkungan, khususnya pada lingkungan yang kebersihan dan sanitasi yang buruk. Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi feses mengandung virus polio ini lah yang dapat memperluas penyebarannya. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan.

Masa inkubasi virus polio biasanya sekitar 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki gejala atau gejala ringan. Hal ini dapat menyebarkan virus ke ribuan orang lain. Pada beberapa orang yang terinfeksi mengalami demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai. Virus polio yang berkembang di saluran pencernaan, akan menyerang sistem syaraf pada balita, sehingga otot tidak berkembang dengan normal, dan kekuatan otot berkurang, seiring waktu otot mengecil dan bisa terjadi kelumpuhan.

Pencegahaan Penyakit Polio

Sampai dengan saat ini belum ada obat untuk penyakit polio, Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio. Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup.

Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu :

1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.

2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.

3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.

4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.

Pemeriksaan Polio dengan Metode ELISA

Pemeriksaan polio ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan swab tenggorok, pemeriksaan feses dan analisis cairan sistem saraf pusat atau cairan biologis lainnya. Saat ini tersedia pemeriksaan polio virus ELISA Kit, dengan teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) memungkinkan mendapatkan hasil secara kualitatif maupun kuantitatif untuk yang lebih akuratnya. Berikut Kit Elisa yang Anda dapat gunakan untuk pemeriksaan polio.

Tabel 1. Kit Deteksi Polio

Merek No. Katalog Deskripsi Produk Tes
Mybiosource MBS9310680 Human Poliomyelitis Virus antigen ELISA Kit 96T
Mybiosource MBS109180 Qualitative Human Poliovirus Type 1 Antibody (Anti-PV1) ELISA Kit 96T
Mybiosource MBS264164 Human Poliovirus IgG (PV-IgG) ELISA Kit 96T
Mybiosource MBS109183 Qualitative Human Poliovirus Antibody (Anti-PV) ELISA Kit 96T
Cusabio CSB-EL019093HU Human Poliovirus receptor(PVR) ELISA kit 96T

Sumber:
1. Poliomyelitis (Penyakit Virus Polio). Kemenkes.
2. Polio Muncul Kembali?