A. Mengenal Limfoma
(Stage IV adult lymphoma, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65804/)
Limfoma adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu jaringan dan kelenjar getah bening yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Gejala limfoma secara lengkap meliputi:
Terdapat dua jenis utama limfoma:
1. Limfoma Hodgkin (LH)
LH Ditandai dengan keberadaan sel Reed-Sternberg yang abnormal. Berikut memiliki beberapa subtipe, seperti classic Hodgkin lymphoma (dengan subtipe sklerosis nodular, selularitas campuran, kaya limfosit, dan kekurangan limfosit) dan nodular lymphocyte predominant Hodgkin lymphoma. LH cenderung lebih jarang dan dapat diobati dengan lebih baik dibandingkan limfoma non-Hodgkin. LH sering muncul pada kelenjar getah bening bagian atas tubuh dan dapat menyebar ke organ lain jika tidak diobati.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa Limfoma Hodgkin (LH) memiliki insidensi di Amerika Serikat sekitar 2,6–2,7 kasus per 100.000 orang per tahun, dengan jumlah sekitar 7.600 kasus baru setiap tahunnya. Kasus LH cenderung lebih sedikit ditemukan di Asia dibandingkan di wilayah Barat. Berdasarkan data global dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory) tahun 2018 dan pembaruan 2020, terdapat sekitar 83.000 kasus baru LH di seluruh dunia dengan angka kematian sekitar 23.000 kasus. Di Indonesia sendiri tercatat sekitar 1.047 kasus baru LH pada tahun tersebut.
Angka kematian Limfoma Hodgkin (LH) di Indonesia menunjukkan penurunan perlahan dalam dekade terakhir. Angka kematian LH menurun dari sekitar 574 kasus pada 2018 menjadi 363 kasus pada 2020. Mortalitas ini setara dengan sekitar 0,3 per 100.000 populasi. Penurunan ini dipengaruhi oleh kemajuan dalam deteksi dini dan akses terhadap pengobatan inovatif, termasuk kemoterapi, radioterapi, transplantasi stem cell, dan terapi target.
Meskipun demikian, angka kematian masih cukup tinggi di Indonesia akibat diagnosis yang sering terlambat, dimana sebagian pasien datang ke dokter pada stadium lanjut setelah mencoba pengobatan alternatif terlebih dahulu. Peningkatan akses ke terapi inovatif melalui program Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan dapat menurunkan angka kematian lebih lanjut.
2. Limfoma Non-Hodgkin (NHL)
NHL merupakan kelompok besar kanker limfa yang terdiri dari lebih dari 60 subtipe. NHL terbagi menjadi limfoma sel B (sekitar 80% kasus) dan limfoma sel T. NHL biasanya lebih agresif dan beragam, bisa muncul pada jaringan limfa di berbagai organ seperti hati, pankreas, lambung, atau tulang. NHL berasal dari limfosit B, T, atau sel NK dengan berbagai tingkat keganasan dan prognosis. Mutasi genetik dan kelainan pada sel limfosit menyebabkan pertumbuhan sel kanker ini.
Limfoma berbeda dengan leukemia, meski keduanya menyerang sel darah putih; leukemia bermula di sumsum tulang, sedangkan limfoma mulai di sistem limfatik. Faktor risiko limfoma termasuk usia (lebih sering pada lansia dan kelompok usia tertentu), jenis kelamin pria, gangguan sistem imun, infeksi virus tertentu (Epstein-Barr, HIV), dan paparan bahan kimia tertentu.
Epidemiologi NHL di Indonesia tahun 2025 menunjukkan sekitar 16.125 kasus baru, yang merupakan 4,1% dari seluruh kasus kanker di Indonesia, dan menempati peringkat ke-7 dari semua kanker. NHL juga menyebabkan sekitar 9.024 kematian, setara dengan 3,8% kematian akibat kanker. Secara global, laporan GLOBOCAN 2018 mencatat sekitar 509.600 kasus baru NHL dengan angka kematian sekitar 248.700 kasus, dan risiko hidup mengidap NHL lebih tinggi pada pria (0,72%) dibanding wanita (0,35%). Faktor risiko utama termasuk infeksi virus seperti HIV. NHL paling sering merupakan limfoma sel B, dengan tipe difus sel besar (DLBCL) sebagai yang paling dominan. Penanganan efektif bergantung pada subtipe dan stadium penyakit, dengan deteksi dini sangat krusial untuk hasil terapi yang baik.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma:
B. Marker Target Obat Limfoma
Marker target obat limfoma yang melibatkan protein-protein seperti EGFR, mTOR, VEGFR-2, VEGFR-3, PDGFRα, PDGFRβ, dan c-kit berperan dalam jalur sinyal yang mengatur pertumbuhan, proliferasi, angiogenesis, dan survival sel kanker, sehingga menjadi target potensial untuk terapi kanker limfoma.
Secara keseluruhan, terapi target dengan obat-obatan yang menarget EGFR, mTOR, VEGFR-2/3, PDGFRα/β, dan c-kit bertujuan untuk menghambat jalur sinyal molekuler yang mendukung pertumbuhan dan penyebaran sel limfoma, meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi efek samping dibandingkan kemoterapi konvensional. Terapi ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan lain sesuai tipe dan stadia limfoma.Marker target berikut adalah protein reseptor dan kinase yang berperan dalam berbagai jalur sinyal sel yang mendukung proliferasi, survival, dan angiogenesis sel tumor. Obat-obatan terapi target yang menekan aktivitas marker ini dikembangkan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran limfoma.
C. Produk Terkait dari Brand Cayman Chemical
No Katalog | Deskripsi | Size |
37166 | EGFR Monoclonal Antibody (Clone C225) | 200 µg |
15363 | EGFR Inhibitor | 1 mg, 5mg, 25mg |
32224 | mTOR Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM274) | 100 µl |
21199 | mTOR Inhibitor WYE-23 | 500µg, 1mg, 5mg,10mg |
31843 | PDGFRα/CD140a (human, recombinant) | 100 µg, 1mg |
19170 | CP 673,451 (1-[2-[5-(2-methoxyethoxy)-1H-benzimidazol-1-yl]-8-quinolinyl]-4-piperidinamine) | 1mg, 5mg, 10mg |
33986 | PDGFRβ/CD140b Extracellular Domain (human, recombinant) | 100 µg, 1mg |
32248 | PDGFRβ/CD140b (C-Term) Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM303) | 100 µl |
43306 | c-Kit/CD117 Monoclonal Antibody (Clone BA7.3C.9) | 100 µg |
32286 | c-Kit/CD117 (C-Term) Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM359) | 100 µL |
D. Referensi