Marker Target Obat Limfoma: EGFR, mTOR, VEGFR-2, VEGFR-3, PDGFRα, PDGFRβ, c-kit

Marker Target Obat Limfoma: EGFR, mTOR, VEGFR-2, VEGFR-3, PDGFRα, PDGFRβ, c-kit

Marker Target Obat Limfoma_ EGFR, mTOR, VEGFR-2, VEGFR-3, PDGFRα, PDGFRβ, c-kit

A.  Mengenal Limfoma

(Stage IV adult lymphoma, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65804/)

(Stage IV adult lymphoma, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK65804/)

Limfoma adalah jenis kanker yang menyerang sistem limfatik, yaitu jaringan dan kelenjar getah bening yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Gejala limfoma secara lengkap meliputi:

  • Pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak nyeri, biasanya di leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan bisa muncul di dada atas, perut, atau lipatan paha.
  • Demam tinggi tanpa sebab yang jelas, biasanya lebih dari 38°C dan berlangsung lebih dari satu minggu.
  • Keringat malam yang berlebihan, seringkali sampai membasahi pakaian atau sprei.
  • Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan tanpa sebab yang jelas. Cepat merasa lelah dan penurunan nafsu makan.
  • Gatal-gatal di seluruh tubuh, gejala umum terutama pada limfoma Hodgkin.
  • Batuk, sesak napas, dan rasa nyeri dada apabila kelenjar getah bening pembesarannya menekan saluran napas atau pembuluh darah di dada.
  • Perasaan kenyang di perut akibat pembesaran limpa atau keterlibatan sistem limfatik di organ dalam.
  • Nyeri tulang atau nyeri pada bagian tubuh tertentu jika limfoma menyebar ke tulang.
  • Demam Pel-Ebstein, yaitu demam yang berlangsung beberapa minggu dengan pola berulang.
  • Sindrom vena cava superior pada kasus pembesaran kelenjar mediastinum yang menyebabkan pembengkakan wajah dan leher, sesak napas, dan sakit kepala.

Terdapat dua jenis utama limfoma:

1. Limfoma Hodgkin (LH)

LH Ditandai dengan keberadaan sel Reed-Sternberg yang abnormal. Berikut memiliki beberapa subtipe, seperti classic Hodgkin lymphoma (dengan subtipe sklerosis nodular, selularitas campuran, kaya limfosit, dan kekurangan limfosit) dan nodular lymphocyte predominant Hodgkin lymphoma. LH cenderung lebih jarang dan dapat diobati dengan lebih baik dibandingkan limfoma non-Hodgkin. LH sering muncul pada kelenjar getah bening bagian atas tubuh dan dapat menyebar ke organ lain jika tidak diobati.

Data epidemiologi menunjukkan bahwa Limfoma Hodgkin (LH) memiliki insidensi di Amerika Serikat sekitar 2,6–2,7 kasus per 100.000 orang per tahun, dengan jumlah sekitar 7.600 kasus baru setiap tahunnya. Kasus LH cenderung lebih sedikit ditemukan di Asia dibandingkan di wilayah Barat. Berdasarkan data global dari GLOBOCAN (Global Cancer Observatory) tahun 2018 dan pembaruan 2020, terdapat sekitar 83.000 kasus baru LH di seluruh dunia dengan angka kematian sekitar 23.000 kasus. Di Indonesia sendiri tercatat sekitar 1.047 kasus baru LH pada tahun tersebut.

Angka kematian Limfoma Hodgkin (LH) di Indonesia menunjukkan penurunan perlahan dalam dekade terakhir. Angka kematian LH menurun dari sekitar 574 kasus pada 2018 menjadi 363 kasus pada 2020. Mortalitas ini setara dengan sekitar 0,3 per 100.000 populasi. Penurunan ini dipengaruhi oleh kemajuan dalam deteksi dini dan akses terhadap pengobatan inovatif, termasuk kemoterapi, radioterapi, transplantasi stem cell, dan terapi target.

Meskipun demikian, angka kematian masih cukup tinggi di Indonesia akibat diagnosis yang sering terlambat, dimana sebagian pasien datang ke dokter pada stadium lanjut setelah mencoba pengobatan alternatif terlebih dahulu. Peningkatan akses ke terapi inovatif melalui program Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan dapat menurunkan angka kematian lebih lanjut.

2. Limfoma Non-Hodgkin (NHL)

NHL merupakan kelompok besar kanker limfa yang terdiri dari lebih dari 60 subtipe. NHL terbagi menjadi limfoma sel B (sekitar 80% kasus) dan limfoma sel T. NHL biasanya lebih agresif dan beragam, bisa muncul pada jaringan limfa di berbagai organ seperti hati, pankreas, lambung, atau tulang. NHL berasal dari limfosit B, T, atau sel NK dengan berbagai tingkat keganasan dan prognosis. Mutasi genetik dan kelainan pada sel limfosit menyebabkan pertumbuhan sel kanker ini.

Limfoma berbeda dengan leukemia, meski keduanya menyerang sel darah putih; leukemia bermula di sumsum tulang, sedangkan limfoma mulai di sistem limfatik. Faktor risiko limfoma termasuk usia (lebih sering pada lansia dan kelompok usia tertentu), jenis kelamin pria, gangguan sistem imun, infeksi virus tertentu (Epstein-Barr, HIV), dan paparan bahan kimia tertentu.

Epidemiologi NHL di Indonesia tahun 2025 menunjukkan sekitar 16.125 kasus baru, yang merupakan 4,1% dari seluruh kasus kanker di Indonesia, dan menempati peringkat ke-7 dari semua kanker. NHL juga menyebabkan sekitar 9.024 kematian, setara dengan 3,8% kematian akibat kanker. Secara global, laporan GLOBOCAN 2018 mencatat sekitar 509.600 kasus baru NHL dengan angka kematian sekitar 248.700 kasus, dan risiko hidup mengidap NHL lebih tinggi pada pria (0,72%) dibanding wanita (0,35%). Faktor risiko utama termasuk infeksi virus seperti HIV. NHL paling sering merupakan limfoma sel B, dengan tipe difus sel besar (DLBCL) sebagai yang paling dominan. Penanganan efektif bergantung pada subtipe dan stadium penyakit, dengan deteksi dini sangat krusial untuk hasil terapi yang baik.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma:

  1. Usia: LH paling sering didiagnosis pada orang dewasa muda (usia 15-30 tahun) dan orang tua (di atas 55 tahun).
  2. Jenis kelamin: Risiko LH sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.
  3. Riwayat keluarga: Memiliki anggota keluarga inti (orang tua, saudara kandung) dengan limfoma Hodgkin meningkatkan risiko terkena penyakit ini.
  4. Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi imunokompromis seperti infeksi HIV/AIDS, penggunaan obat imunosupresan setelah transplantasi organ, atau penyakit autoimun meningkatkan risiko limfoma.
  5. Paparan bahan kimia beracun: Paparan pestisida, herbisida, pewarna rambut, atau zat beracun lainnya diduga meningkatkan risiko limfoma.
  6. Faktor genetik: Perubahan genetik tertentu yang diwariskan dapat meningkatkan kerentanan terhadap limfoma.
  7. Obesitas: Kelebihan berat badan juga dapat menjadi faktor risiko, terutama pada wanita.

B. Marker Target Obat Limfoma

Marker target obat limfoma yang melibatkan protein-protein seperti EGFR, mTOR, VEGFR-2, VEGFR-3, PDGFRα, PDGFRβ, dan c-kit berperan dalam jalur sinyal yang mengatur pertumbuhan, proliferasi, angiogenesis, dan survival sel kanker, sehingga menjadi target potensial untuk terapi kanker limfoma.

  1. EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) adalah reseptor tirosin kinase yang bila teraktivasi, merangsang proliferasi dan bertahan hidup sel tumor. Inhibitor EGFR dan antibodi monoklonal terhadap EGFR telah digunakan sebagai terapi target untuk berbagai kanker termasuk limfoma tertentu untuk menghambat sinyal pertumbuhan tumor.
  2. mTOR (mammalian Target of Rapamycin) adalah protein kinase yang mengatur pertumbuhan sel dan metabolisme. Inhibitor mTOR seperti everolimus dan temsirolimus merupakan obat terapi target yang telah disetujui untuk beberapa ganasnya limfoma, termasuk limfoma sel mantle dan limfoma sel besar.
  3. VEGFR-2 dan VEGFR-3 (Vascular Endothelial Growth Factor Receptors) adalah reseptor pada sel endotel yang mengatur proses angiogenesis dan limfangiogenesis. Inhibitor VEGFR digunakan untuk menghambat pertumbuhan pembuluh darah dan penyebaran tumor. Beberapa obat anti-angiogenesis yang menarget VEGF dan reseptornya telah digunakan sebagai terapi kanker.
  4. PDGFRα dan PDGFRβ (Platelet-Derived Growth Factor Receptors) juga merupakan reseptor tirosin kinase yang terlibat dalam proliferasi sel tumor dan angiogenesis. Target terapi terhadap PDGFR sedang dikembangkan dan digunakan dalam beberapa jenis kanker.
  5. c-kit (CD117) adalah reseptor tirosin kinase yang berperan dalam proliferasi dan diferensiasi sel. Mutasi atau ekspresi berlebih c-kit ditemukan pada beberapa jenis limfoma dan tumor lainnya, dan obat yang menarget c-kit (seperti imatinib) digunakan sebagai terapi target

Secara keseluruhan, terapi target dengan obat-obatan yang menarget EGFR, mTOR, VEGFR-2/3, PDGFRα/β, dan c-kit bertujuan untuk menghambat jalur sinyal molekuler yang mendukung pertumbuhan dan penyebaran sel limfoma, meningkatkan efektivitas pengobatan dan mengurangi efek samping dibandingkan kemoterapi konvensional. Terapi ini biasanya digunakan dalam kombinasi dengan pengobatan lain sesuai tipe dan stadia limfoma.Marker target berikut adalah protein reseptor dan kinase yang berperan dalam berbagai jalur sinyal sel yang mendukung proliferasi, survival, dan angiogenesis sel tumor. Obat-obatan terapi target yang menekan aktivitas marker ini dikembangkan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran limfoma.

  • EGFR (Epidermal Growth Factor Receptor) mengatur proliferasi dan motilitas sel. Antibodi monoklonal dan inhibitor tirosin kinase EGFR digunakan dalam terapi kanker, termasuk beberapa kasus limfoma.
  • mTOR (mammalian Target of Rapamycin) mengontrol pertumbuhan dan metabolisme sel. WYE adalah salah satu inhibitor mTOR generasi kedua yang bersifat dual inhibitor, yaitu menghambat kedua kompleks mTORC1 dan mTORC2 secara simultan
  • VEGFR-2 dan VEGFR-3 (Vascular Endothelial Growth Factor Receptors) memicu angiogenesis dan limfangiogenesis yang penting untuk suplai nutrisi tumor dan metastasis. Inhibitor VEGF digunakan untuk menghambat proses ini.
  • PDGFRα dan PDGFRβ (Platelet-Derived Growth Factor Receptors) mendukung proliferasi dan migrasi sel tumor. Obat yang menarget PDGFR juga sudah dikembangkan.
  • c-kit (CD117) adalah reseptor yang kontrol proliferasi dan diferensiasi. Mutasi dan ekspresi berlebih c-kit terdapat pada beberapa limfoma dan dapat menjadi target terapi, misalnya dengan imatinib.

C. Produk Terkait dari Brand Cayman Chemical

No Katalog Deskripsi Size
37166 EGFR Monoclonal Antibody (Clone C225) 200 µg
15363 EGFR Inhibitor 1 mg, 5mg, 25mg
32224 mTOR Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM274) 100 µl
21199 mTOR Inhibitor WYE-23 500µg, 1mg, 5mg,10mg
31843 PDGFRα/CD140a (human, recombinant) 100 µg, 1mg
19170 CP 673,451 (1-[2-[5-(2-methoxyethoxy)-1H-benzimidazol-1-yl]-8-quinolinyl]-4-piperidinamine) 1mg, 5mg, 10mg
33986 PDGFRβ/CD140b Extracellular Domain (human, recombinant) 100 µg, 1mg
32248 PDGFRβ/CD140b (C-Term) Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM303) 100 µl
43306 c-Kit/CD117 Monoclonal Antibody (Clone BA7.3C.9) 100 µg
32286 c-Kit/CD117 (C-Term) Rabbit Monoclonal Antibody (Clone RM359) 100 µL

D. Referensi

  1. Ansell SM. Hodgkin lymphoma: 2025 update on diagnosis, risk-stratification, and management. Am J Hematol. 2024 Dec;99(12):2367-2378. doi: 10.1002/ajh.27470. Epub 2024 Sep 6. PMID: 39239794.
  2. https://www.alomedika.com/penyakit/onkologi/limfoma-hodgkin/epidemiologi
  3. https://www.frontiersin.org/journals/cell-and-developmental-biology/articles/10.3389/fcell.2020.599281/full