A. Apa itu diabetes?
Menurut WHO (World Health Organization), diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif. Insulin diproduksi oleh sel β pankreas yang berfungsi sebagai hormon untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan kontrol glikemik secara teratur. Tidak terkontrolnya kondisi hiperglikemik dapat menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh penderita yang dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi dari penyakit diabetes terbagi menjadi 2, yaitu makrovaskular dan mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer. Adapun komplikasi mikrovaskular meliputi nefropati, retinopati, dan neuropati.
B. Jenis-jenis diabetes
1. Diabetes tipe 1
Jenis diabetes ini dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang menghasilkan insulin. Hal ini meningkatkan kadar gula darah dan merusak organ tubuh. Diabetes tipe 1 juga disebut diabetes autoimun. Pemicu penyakit autoimun ini masih belum diketahui secara pasti. Dugaan paling kuat disebabkan oleh faktor genetik dari penderita yang juga berhubungan dengan faktor lingkungan.
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe ini disebabkan oleh sel-sel dalam tubuh menjadi kurang sensitif terhadap insulin dan tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik (resistensi somatik terhadap insulin). Sekitar 90-95% penderita diabetes di dunia menderita diabetes jenis ini.
3. Diabetes gestasional
Jenis diabetes khusus untuk kehamilan yang disebut diabetes gestasional. Diabetes selama kehamilan disebabkan oleh perubahan hormonal, dan kadar gula darah akan kembali normal setelah ibu hamil melahirkan.
C. Panel Pemantauan Diabetes
Pemeriksaan dan pemantauan diabetes melitus dapat dilakukan dalam beberapa macam, yaitu:
1. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS)
Tes glukosa atau gula darah sewaktu dapat dilakukan tanpa berpuasa terlebih dahulu. Apabila kadar gula darah setelah pemeriksaan ini sebesar 200 mg/dL, artinya berisiko terkena diabetes sehingga perlu melakukan tes tambahan untuk tujuan diagnostik.
2. Pemeriksaan Gula Darah Puasa (GDP)
Pemeriksaan ini dilakukan setelah puasa semalaman (minimal 8 jam). Jika kadar gula darah Anda 126 mg/dL atau lebih tinggi, Anda dianggap menderita diabetes. Jika hasil Anda antara 100 – 125 mg/dL, Anda dianggap prediabetes. Hasil di bawah 99 mg/dL dianggap normal.
3. Pemeriksaan Gula Darah 2 Jam Prandial (GD2PP)
Sesuai dengan namanya, tes glukosa 2 jam postprandial (2jam PP glukosa) digunakan untuk memeriksa kadar gula darah tepat 2 jam setelah makan (makan besar).
4. Pemeriksaan hBa1c
Tes hemoglobin A1c atau biasa disebut HbA1c adalah tes darah yang mengukur rata-rata kadar gula darah (glukosa) selama tiga bulan terakhir. Tes ini sangat penting untuk skrining dan pemantauan diabetes.
5. Tes Toleransi Glukosa (TTG)
Tes toleransi glukosa atau Glucose Tolerance Test adalah pemeriksaan darah yang dilakukan sebanyak dua kali (GTT puasa dan GTT 2 jam). Artinya, sebelum dan sesudah meminum larutan glukosa. Tes ini mungkin memakan waktu 2 hingga 3 jam dan mengharuskan Anda berpuasa terlebih dahulu.
6. Pemeriksaan Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)
Pemeriksaan kolesterol LDL dilakukan untuk menghindari penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes. Jenis kolesterol ini memicu penumpukan plak lemak pada arteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskular.
7. Pemeriksaan Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)
Seperti pemeriksaan kolesterol LDL, pemeriksaan kolesterol HDL juga dilakukan untuk menghindari penyakit kardiovaskular. Karena penurunan kadar HDL dapat menimbulkan penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan permasalahan kardiovaskular yakni penyakit jantung koroner (PJK).
8. Pemeriksaan Trigliserid
Trigliserid merupakan bentuk utama lemak yang disimpan dalam tubuh. Trigliserid berasal dari makanan yang dikonsumsi dan diproduksi di dalam tubuh, sehingga memiliki fungsi utama sebagai sumber energi. Kadar trigliserid dipengaruhi oleh jumlah lemak. Kadar yang tinggi dianggap sebagai faktor risiko arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Hal ini disebabkan oleh banyaknya kandungan trigliserid dalam lipoprotein yang mengangkut lemak dan kolesterol dalam darah.
9. Pemeriksaan Kreatinin
Pemeriksaan ini sebagai penilaian khusus untuk mengetahui apakah terdapat kerusakan fungsi ginjal pada penderita diabetes. Kreatinin merupakan hasil pencernaan endogen pada otot rangka, disekresi melalui filtrasi glomerulus dan dikeluarkan melalui urin, tetapi tidak direabsorbsi oleh tubulus ginjal. Maka dari itu, pengukuran kreatinin bertujuan sebagai penanda perkembangan diabetes tipe 2 yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
10. Pemeriksaan Ureum
Pemeriksaan ureum perlu dilakukan pada penderita diabetes. Ureum merupakan produk sisa hasil metabolisme protein yang diangkut ke ginjal oleh darah. Jumlah ureum yang ada dalam darah bergantung pada asupan protein dan kemampuan ginjal mengekskresikan urea. Ketika ginjal mengalami kerusakan, urea akan menumpuk dalam darah. Hal ini mengindikasi bahwa terdapat kerusakan ginjal dalam melakukan filtrasi karena adanya peningkatan konsentrasi urea plasma.
D. ELISA Kit untuk Pemeriksaan Diabetes
Penelitian tentang diabetes terus berkembang seiring dengan peningkatan pemahaman kita tentang penyebab dan pengobatannya. Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi anemia adalah Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Kit. Dalam konteks diabetes, ELISA Kit dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengukur kadar berbagai biomarker yang terkait dengan kondisi tersebut. Misalnya, ELISA dapat digunakan untuk mengukur kadar cystatin, LDL, HDL, Triglyceride, atau Creatinine dalam sampel darah.
Berikut ini merupakan kit yang dapat anda gunakan sebagai perangkat untuk menunjang penelitian mengenai Diabetes. Brand dari Elabscience dari Wuhan China.
Tabel 1. Perangkat ELISA kit Pemeriksaan Diabetes
Brand | No. Katalog | Deskripsi Kit | Sensitivitas | ⅀ test |
Elabscience | E-EL-H3643 | Human Cys-C(Cystatin C) ELISA Kit
|
0.19 ng/mL | 96T |
Elabscience | E-EL-R0304 | Rat Cys-C(Cystatin C) ELISA Kit | 0.1 ng/mL | 96T |
Elabscience | E-EL-M3024 | Mouse Cys-C(Cystatin C) ELISA Kit | 9.38 pg/mL | 96T |
Elabscience | E-TSEL-H0008 | QuicKey Human Cys-C(Cystatin C) ELISA Kit | 0.04 ng/mL | 96T |
Elabscience | E-EL-H1210
|
Human LDL(Low Density Lipoprotein) ELISA Kit | 4.69 ng/mL | 96T |
Elabscience | E-BC-F035 | High-Density Lipoprotein Cholesterol (HDL-C) Fluorometric Assay Kit | 0.15 μmol/L | 96T |
Elabscience | E-BC-K261-M | Triglyceride (TG) Colorimetric Assay Kit (Single Reagent, GPO-PAP Method) | 0.14 mmol/L | 96T |
Elabscience | E-BC-F033 | Triglyceride Fluorometric Assay Kit | 0.8 μmol/L | 96T |
Elabscience | E-EL-0058 | Cr(Creatinine) ELISA Kit | 0.75 μg/mL | 96T |
Elabscience | E-BC-K188-M | Creatinine (Cr) Colorimetric Assay Kit (Sarcosine Oxidase Method) | 3.8 μmol/L | 96T |
Metode ELISA sudah mulai populer di berbagai kalangan, termasuk peneliti dan profesional medis, karena metode ini dapat mendeteksi konsentrasi tingkat biomarker yang sangat rendah. Metode ini memberikan hasil yang konsisten dan dapat direproduksi. Metode ELISA tetap menjadi metode populer dalam penelitian dan diagnostik klinis karena protokolnya yang relatif sederhana.
Sumber: