Apa itu Osteoporosis?
Osteoporosis adalah kelainan tulang secara sistemik, ditandai dengan berkurangnya massa tulang, rusaknya mikro-arsitektur jaringan tulang yang menyebabkan kerapuhan tulang, dan berakibat pada resiko terjadinya patah tulang. Tulang yang biasanya patah antara lain tulang belakang, tulang lengan bawah, dan pinggul. Hal ini sering terjadi pada orang lanjut usia, beberapa mengalami postur bungkuk (membungkuk ke depan) yang khas. Itu terjadi ketika tulang di tulang belakang mengalami patah, sehingga sulit untuk menopang beban tubuh.
Penyebab Osteoporosis
Osteoporosis disebabkan karena massa tulang yang berkurang dan tingkat keropos tulang yang melebihi normal. Pengeroposan tulang meningkat setelah menopause karena kadar estrogen yang lebih rendah. Osteoporosis juga dapat terjadi karena sejumlah penyakit atau pengobatan seperti alkoholisme, anoreksia, hipertiroidisme, penyakit ginjal, dan operasi pengangkatan indung telur. Obat-obatan tertentu meningkatkan tingkat keropos tulang, termasuk beberapa obat anti kejang, kemoterapi, proton pump inhibitors, selective serotonin reuptake inhibitors, dan glucocorticosteroid.
Berdasarkan penyebabnya, Osteoporosis dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer merupakan pengeroposan tulang yang diakibatkan karena faktor usia, sedangkan osteoporosis sekunder yaitu pengeroposan tulang dikarenakan adanya suatu penyakit atau konsumsi obat-obatan. Pada Pria, osteoporosis sekunder dapat terjadi akibat defisiensi testosteron (misalnya, andropause atau setelah operasi pengangkatan testis), juga penyakit seperti sindrom Turner, sindrom Klinefelter, sindrom Kallmann, anoreksia nervosa, amenore hipotalamus atau hiperprolaktinemia. Begitu juga pada wanita, defisiensi estrogen yang disebabkan karena menopause dini (<45 tahun) atau dari amenore pramenopause yang berkepanjangan (>1 tahun), menjadi penyebab osteoporosis sekunder. Penyakit lain yang dapat meningkatkan resiko osteoporosis diantaranya, sindrom Cushing, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, hipotiroidisme, diabetes melitus tipe 1 dan akromegali, dan insufisiensi adrenal.
Selain penyebab diatas, Malnutrisi, nutrisi parenteral, dan malabsorbsi dapat menyebabkan osteoporosis. Sebagai contoh orang dengan intoleransi laktosa atau alergi susu dapat mengalami osteoporosis karena pembatasan makanan yang mengandung kalsium. Juga gaya hidup kurang sehat, seperti merokok dan tidak berolahraga dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis.
Tes Lab untuk Pemeriksaan Osteoporosis
Pemeriksaan laboratorium Osteoporosis perlu dilakukan untuk mendiagnosis penyebab dan untuk pengobatan penyakitnya. Sejumlah tes pemeriksaan untuk mengindikasi adanya osteoporosis pada pasien sebagai berikut:
❖ Serum total calcium, albumin (untuk mengukur kalsium yang diatur oleh albumin), dan fosfor sebagai bagian dari panel CMP (Comprehensive Metabolic Panel) atau jika di Indonesia panel Darah, ini untuk untuk mendeteksi kondisi yang terkait dengan hiperkalsemia seperti hiperparatiroidisme primer atau hipokalsemia dan akibat hiperparatiroidisme sekunder yang menjadi penyebab keropos tulang.
❖ Serum creatinine dan laju filtrasi glomerulus (GFR) sebagai bagian dari panel CMP berguna untuk mendeteksi gagal ginjal yang dapat mempengaruhi kesehatan tulang.
❖ Serum alkaline phosphatase (ALP) sebagai bagian dari panel CMP. Pengukuran ALP berguna untuk mendeteksi kondisi termasuk penyakit Paget, penyakit tulang metastatik dan osteomalasia, dll. ALP total memadai untuk menunjukkan peningkatan besar dalam pembentukan tulang seperti yang ditemukan pada sebagian besar pasien dengan penyakit Paget aktif, osteomalacia, penyembuhan patah tulang, atau penyakit tulang metastatik , tetapi tidak cukup sensitif untuk mendeteksi perubahan pada remodeling tulang yang terlihat pada sebagian besar kasus osteoporosis tanpa komplikasi.
❖ Nutrisi vitamin D ditentukan dengan mengukur serum 25-hidroksi vitamin D [25(OH)D]. Meskipun terdapat kontroversi mengenai level optimum 25(OH)D untuk kesehatan tulang; beberapa beranggapan 50 nmol/L kadar 25(OH)D dapat diterima, yang lain menyarankan 75 nmol/L sebagai yang diinginkan untuk kesehatan tulang yang optimal. Jika cut-off yang lebih tinggi digunakan, maka sebagian besar wanita menopause (76,8%) akan dianggap memiliki nutrisi vitamin D yang kurang optimal.
❖ Pemeriksaan Parathyroid Hormone (PTH) diperlukan jika kalsium pada serum tidak normal, untuk membantu menyelidiki penyebab kelainan kalsium.
❖ Estradiol yang sangat sensitif. Telah diketahui kadar Estradiol rendah berkaitan dengan keropos tulang.
❖ Fosfor. Peningkatan fosfor dengan penurunan kalsium menunjukkan hipoparatiroidisme atau penyakit ginjal. Penurunan fosfor dan peningkatan kalsium menunjukkan hiperparatiroidisme atau sarkoidosis. Ketika kalsium dan fosfor menurun, pertimbangan diagnostik meliputi malabsorpsi, defisiensi vitamin D, dan asidosis tubulus ginjal. Peningkatan fosfor dan kalsium normal atau meningkat menunjukkan sindrom Milk-alkali atau hypervitaminosis D.
Pemeriksaan darah lengkap atau pemeriksaan panel darah berguna untuk kesehatan umum dan untuk penyakit inflamasi yang sering meningkat pada keropos tulang. Adapun pemeriksaan lab lain untuk menentukan resiko adanya patah tulang atau fraktur selain dengan Bone Mineral Density (BMD) [BMD adalah pemeriksaan untuk mengukur densitas atau kepadatan mineral dalam tulang menggunakan sinar X], yaitu dengan penanda bone turnover (BTM) seperti yang telah establish pada panel tulang prodia yaitu CTx (C-Telopeptide) dan N-MID Osteocalcin.
Kit untuk Pemeriksaan Osteoporosis
Berikut ini merupakan kit yang dapat anda gunakan sebagai perangkat untuk menunjang penelitian mengenai Osteoporosis. Brand dari Elabscience dari Wuhan China.
Tabel 1. Perangkat kit Pemeriksaan Osteoporosis
No. Katalog | Deskripsi Produk | Sensitivitas | Jumlah Tes |
E-BC-K103-M | Calcium (Ca) Colorimetric Assay Kit | 0.07 mmol/L | 96T |
E-BC-K188-M | Creatinine (Cr) Colorimetric Assay Kit (Sarcosine Oxidase Method) | 3.8 µmol/L | 96T |
E-BC-K091-M | Alkaline Phosphatase (ALP) Activity Assay Kit | 0.13 King Unit/100ml | 96T |
E-EL-0012 | VD(Vitamin D) ELISA Kit | 3.75 ng/mL | 96T |
E-EL-H1478 | Human PTHrP(Parathyroid Hormone Related Protein) ELISA Kit | 9.38 pg/mL | 96T |
E-BC-K245-M | Phosphorus (Pi) Colorimetric Assay Kit (Phospho Molybdate Method) | 0.004 mmol/L | 96T |
E-EL-H0835 | Human CTXⅠ(Cross Linked C-telopeptide of Type Ⅰ Collagen) ELISA Kit | 0.10 ng/mL | 96T |
E-EL-H0904 | Human N-MID-OT(N-MID Osteocalcin) ELISA Kit | 0.38 ng/m | 96T |
Sumber:
1. Osteoporosis Lab Test Panel.
2. Current Recommendations for Laboratory Testing and Use of Bone Turnover Markers in Management of Osteoporosis. Ann Lab Med. 2012 Mar; 32(2): 105–112.
3. Osteoporosis-NHS.uk.
4. Bone Mineral Density (BMD)
5. Tes Lab Tulang Prodia