Mulai dari kultur monolayer dasar hingga intervensi kanker berbasis sel terkini, kultur sel 2D masih berperan penting dalam diagnosis, prognosis, dan pengobatan kanker. Berbagai metodologi 2D dikembangkan dalam diagnosis kanker, antara lain berbagai tes laboratorium dan pencitraan, biopsi cair, smear, dan skrining DNA yang akan dibahas kali ini.
1. Kultur Sel Dua Dimensi (2D) dalam Diagnosis Kanker
Teknik kultur sel 2D (2-dimensi) atau teknik kultur sel pada bidang datar merupakan metode kultur yang telah dikembangkan sejak puluhan tahun yang lalu dan sampai saat ini tetap menjadi pilihan terbaik meskipun kemajuan teknologi dan metodologi investigasi kanker sudah menjadi pesat. Berikut beberapa pengujian laboratorium menggunakan kultur 2D dalam diagnosis kanker:
a. Biopsi Cair / Analisis Darah
Sehubungan dengan metodologi berbasis sel 2D dalam diagnosis kanker, salah satu metodologi yang paling populer adalah pengamatan CTC (circulating tumor cells). Pengujian CTC digunakan untuk monitoring kanker payudara, prostat, dan kolorektal metastatik dengan prinsip dikarenakan bahwa sel kanker lepas dari tumor padat dan masuk ke sirkulasi darah. Dalam aliran darah, CTC dapat diambil, diidentifikasi dan dihitung. Ekstraksi CTC dari darah digunakan untuk analisis DNA/RNA pada chip microwell 2D, menggunakan staining DAPI, CD45-APC, CD16, dan CK-PE. Uji CTC sering digunakan sebelum memulai terapi atau dilakukan selama pengobatan. Selain CTC, metodologi slide 2D berbasis darah lainnya yaitunya CBC (complete blood counts) yang umum dilakukan di laboratorium diagnostik.
b. Pencitraan dan Histologi
Histologi masih dianggap sebagai metode “gold standard” dalam diagnosis klinis kanker serta hampir selalu digunakan deteksi dan grading kanker payudara, prostat, serviks dan paru-paru. Jenis histologis ditentukan dengan memeriksa jaringan dicurigai yang dieksisi melalui biopsi atau pembedahan. Jika jaringan tampak beragam dari yang biasanya ditemukan, hal ini dapat mengindikasikan adanya kanker yang mengalami metastasis. Histologi juga dapat mengidentifikasi jenis sel tertentu, misalnya perbedaan antara berbagai kanker kulit seperti melanoma, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa.
Staining histologis yang paling umum dalam pengamatan jaringan adalah hematoksilin dan eosin (H&E), dimana hematoksilin nukleus dengan warna biru tua dan eosin mewarnai organel sitoplasma dengan warna pink atau merah. Staining khusus juga tersedia untuk jaringan tertentu, seperti Masson’s trichrome (serat kolagen, warna biru) dan Prussian blue stain (identifikasi zat besi dalam tubuh).
c. Biopsi
Biopsi seringkali digunakan dalam diagnosis kanker, dimana sebagian sel diambil melalui pembedahan dari tumor dan kemudian diuji di laboratorium. Tergantung dengan dugaan jenis kanker, beberapa biopsi spesifik dapat dilakukan:
d. Sitologi / Apusan (Smear)
Dibandingkan dengan biopsi yang digunakan untuk analisis jaringan, pengujian sitologi ditujukkan untuk mempelajari begaian kecil populasi sel. Morfologi sitologi sel yang dipelajari di bawah mikroskop setelah staining. Sel-sel diambil menggunakan berbagai metode seperti pengikisan permukaan jaringan (pemeriksaan serviks) atau pengumpulan cairan tubuh (lendir). Sampel analisis sitologi umumnya lebih mudah diperoleh dan memiliki kemungkinan rendah terjadinya komplikasi dengan sedikit ketidaknyamanan. Selain itu, sitologi juga dengan biaya relatif lebih murah dan juga dapat digunakan untuk skrining.
e. Skrining DNA/RNA dan Uji Genetik
Skrining DNA dan pengujian genetik dapat membantu memprediksi probabilitas munculnya kanker dengan metode pencarian perubahan genetik spesifik seperti mutasi pada kromosom, gen, atau protein. Pengujian ini juga memberikan informasi terkait mutasi tertentu yang memiliki risiko pewarisan ke keturunan selain dapat menunjukkan informasi kesehatan pasien secara keseluruhan. Skrining DNA banyak digunakan untuk kanker ovarium, payudara, prostat, pankreas, usus besar, tiroid, ginjal, lambung, sarkoma dan melanoma. Uji genetik sangat berguna bagi pasien yang mempunyai risiko kanker herediter.
2. Kultur Sel Dua Dimensi (2D) dalam Prognosis Kanker
Selain dari segi diagnosis kanker, kultur sel 2D juga berperan penting dalam menentukan prognosis setelah diagnosis kanker. Metode yang paling umum digunakan untuk prognosis kanker yaitu profilisasi tumor (tumor profiling). Profil tumor terdiri dari berbagai pengujian untuk memeriksa gen, mutasi gen, biomarker dan protein dalam sampel jaringan tumor. Pembuatan profil tumor adalah alat yang sangat bermanfaat dalam personalisasi pengobatan karena dapat membantu merencanakan pengobatan kanker, serta memprediksi metastasis dan kambuhnya.
Saat ini, profil tumor digunakan untuk menentukan apakah jalur perkembangan tumor sesuai dengan target pengobatan yang tersedia, khususnya pada kanker paru-paru, kolorektal, sarkoma dan melanoma, dimana kanker-kanker tersebut lebih sering dikaitkan dengan mutasi genetik. Meskipun terbilang handal, profil tumor juga memiliki keterbatasan diantaranya:
3. Kultur Sel Dua Dimensi (2D) dalam Skrining Obat dan Penelitian Biomedis
a. Clonogenic Assay
Clonogenic assay (colony formation assay) merupakan pengujian kelangsungan hidup sel in vitro berdasarkan kemampuan sel tunggal untuk membentuk koloni minimal terdiri dari 50 sel. Clonogenic assay menguji kemampuan populasi sel untuk melakukan pembelahan “tanpa batas”. Pengujian ini banyak digunakan untuk mendeterminasi kematian reproduksi sel setelah pengobatan radioterapi serta menentukan efektivitas berbagai agen, temasuk obat sitotoksik, nanomaterial dan gen.
b. Cell Proliferation / Cytotoxicity Assay
Cell proliferation dan cytotoxicity assay digunakan untuk menentukan viabilitas sel terhadap berbagai paparan kondisi tertentu. Viabilitas sel didefinisikan sebagai jumlah sel sehat dalam suatu sampel. Cell proliferation assay biasanya mendeteksi perubahan populasi sel atau perubahan pada jumlah pembelahan sel yang dapat dibagi menjadi beberapa metodologi:
a) Metabolic/enzyme activity assay
1) MTT assay
MTT assay adalah pengujian kolorimetri yang menilai aktivitas metabolisme sel berdasarkan konversi MTT ((3-[4,5-dimethylthiazol2-yl]-2,5 diphenyl tetrazolium bromide) menjadi kristal formazan non-larut, menggunakan bantuan enzim oksidoreduktase bergantung-NADPH mitokondria yang dilepaskan dalam sel hidup. MTT assay memungkinkan untuk menentukan jumlah sel viabel dengan mengukur aktivitas mitokondria yang sebanding dengan jumlah kristal formazan yang terbentuk. MTT assay paling sering digunakan untuk mendeteksi sitotoksisitas senyawa obat dalam berbagai kondisi dan konsentrasi, menentukan nilai IC50 dalam assessment praklinis in vitro untuk memprediksi dosis sebelum eksperimen in vivo, serta dalam studi resistensi obat cell line.
2) LDH assay
LDH (laktat dehidrogenase) assay merupakan pengujian penentuan sitotoksisitas sel melalui pelepasan enzim sitoplasma LDH ke dalam media kultur sel setelah gangguan membran pada sel yang rusak dan hampir mati. Jumlah formazan yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah LDH yang dilepaskan dalam media. LDH assay banyak digunakan karena mudah dan cepat. Keterbatas teknik ini yaitu kemungkinan media kultur terkontaminasi oleh aktivitas LDH endogen dari sel viabel sehingga dapat menyebabkan hasil positif palsu dan merusak integritas eksperimen.
3) Alamar blue assay
Alamar blue assay atau Resazurin assay adalah pengujian yang menentukan jumlah sel berproliferasi. Dye staining ini bersifat nontoksik saat memasuki sel yang kemudian direduksi menjadi resorufin (fluoresensi merah dalam sitosol). Pada sel yang berproliferasi, laju konversi resazurin menjadi resorufin lebih tinggi dibandingkan sel hampir mati atau telah mati. Metode ini lebih digemari karena toksisitas lebih sedikit dibandingkan metode lainnya. Dye resazurin juga dapat digunakan dalam assessment sitotoksisitas kronis dimana untuk melakukan eksperimen jangka panjang karena sifatnya tidak membunuh sel. Selain itu, karena sifatnya tidak larut air, non-radioaktif, dan stabil menjadikan resazurin ideal untuk kultur sel. Meskipun demikian, assay ini juga seringkali dioptimasi saat menggunakannya sehingga terdapat keterbatasan penerapannya untuk pengujian cepat, serta interferensi selama pembacaan fluoresensi yang menyebabkan hasil palsu.
b) ATP quantification assay
ATP quantification assay atau ATP assay merupakan marker yang sangat berguna untuk mengetahui efek toksik suatu senyawa dengan mengukur total ATP pada sampel. ATP assay didasarkan pada monitoring kadar ATP melalui metode luminescens. Enzim luciferase akan bereaksi dengan ATP di sel untuk menghasilkan cahaya yang dapat diukur dengan Plate Reader Luminescent dimana cahaya berbanding lurus dengan kelangsungan hidup sel. ATP assay memberikan banyak keunggulan dibandingkan format pengujian lainnya karena cepat, mudah, sangat sensitif, hemat biaya dan area penggunaan yang luas. Dikarenakan sinyal endpoint muncul dalam waktu yang berkelanjutan disebabkan stabilitas pengujian, pengukuran juga lebih mudah dilakukan.
c. Membrane integrity: G6PD release & Trypan blue
Marker toksisitas sel lain yaitu keberadaan kerusakan integritas membran sel, dimana dapat diuji dengan dua metode paling umum: G6PD assay dan Trypan blue exclusion. G6PD assay adalah microplate assay berbasis fluoresensi yang mengukur kematian sel melalui pengukuran aktivitas G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase). Trypan blue (blue azo dye) merupakan dye impermeabel terhadap membran sel normal dan hanya dapat memasuki sel dengan membran yang rusak. Setelah masuk ke sel, Trypan blue akan berikatan dengan protein intraseluler untuk menghasilkan warna biru. Trypan blue assay biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan menghitung sel hidup dan mati dalam populasi sel.
d. Adhesion, migration, invasion, wound healing assay
a) Adhesion assay
Adhesi sel merupakan mekanisme rumit yang terlibat dalam banyak proses mulai dari migrasi sel, invasi sel, embriogenesis, remodeling jaringan dan penyembuhan luka. Sel memiliki kemampuan untuk melekat pada berbagai protein di ECM (extracellular matrix), seperti kolagen I dan IV, laminin, fibronektin, dan fibrinogen untuk membentuk kompleks dengan komponen sitoskeletal yang berbeda atau pada epitel dan endotel. Adhesion assay tidak hanya mengukur kontak antara sel dan protein adhesi ekstraseluler tetapi juga memungkinkan memperoleh lebih banyak informasi mengenai berbagai peristiwa dan jalur seluler lainnya.
b) Migration assay dan invasion assay
Migrasi sangat penting untuk perkembangan normal, respon imun, serta proses penyakit termasuk metastasis dan peradangan. Migrasi maupun invasi sel merupakan proses multilangkah sangat kompleks yang berperan penting dalam perkembangan penyakit, termasuk aterosklerosis, artritis dan kanker. Prinsip migrasi sangat penting dalam perkembangan berbagai penyakit, sedangkan prinsip invasi mencakup migrasi sel melalui degradasi ECM dan proteolisis.
Migration assay yang paling dikenal yaitu Boyden Chamber assay yang menggunakan sistem migrasi berbasis transwell menggunakan ruang plastik berongga, dimana salah satu ujung ditutup dengan membran berpori. Migrasi sel dianalisa secara real-time menggunakan mikroskop. Meskipun awalnya bersifat kualitatif, saat ini berbagai perangkat lunak dan program telah dikembangkan untuk memenuhi syarat migrasi sel secara kuantitatif.
Invasion assay mendeterminasi pergerakan sel melintasi EMC dan kemampuan untuk menginvasi jaringan sekitarnya. Meskipun migration assay tidak menggunakan filter, invasion assay menggunakan filter dengan molekul ECM (elastin dan kolagen).
c) Wound healing / Scratch assay
Wound healing assay atau scratch assay in vitro adalah metode mudah dan murah untuk mengukur migrasi sel. Monolayer sel dikultur sebelumnya, kemudian sebagian sel “digaruk/digores (scratched)” dan migrasi sel mendekati garukan diamati secara berkala dengan pengambilan gambar. Scratch assay banyak digunakan untuk mempelajari efek interaksi sel-sel dan matriks-sel terhadap migrasi sel. Pengujian ini juga sangat berguna karena kompatibel dengan pencitraan sel hidup dan kejadian intraseluler dapat dimonitor jika diinginkan. Wound healing assay dapat digunakan untuk menilai migrasi sel tunggal di tepi garukan dan andal karena efisiensi waktu pengujian (beberapa jam hingga semalaman).
d) Angiogenesis
Angiogenesis berhubungan dengan proses pembentukan dan pertumbuhan pembuluh darah, dari suplai darah yang sudah ada sebelumnya yang kemudian mengalami maturasi menjadi pembuluh darah stabil (dapat mensuplai oksigen dan nutrisi). Angiogenesis penting dalam kanker karena tumor padat memerlukan suplai darah untuk tumbuh. Tumor padat mampu membentuk suplai darah sendiri dengan menghasilkan berbagai sinyal kimia untuk merangsang angiogenesis serta merangsang sel-sel normal sekitarnya untuk melepaskan molekul sinyal angiogenik.
Beberapa pengujian angiogenik in vitro berbasis sel 2D tersedia saat ini untuk mempelajari angiogenesis, termasuk angiogenesis tube formation assay, microfluidic based angiogenesis assay, endothelial adhesion assay, invasion assay, migration assay, serta wound healing assay. Salah satu metode yang paling umum dan populer untuk mempelajari migrasi sel dan angiogenesis adalah wound healing assay seperti yang dibahas di atas.
Tabel 1. Produk-produk dalam penelitian, diagnosis dan prognosis kanker.
Brand | No. Katalog | Deskrisp Produk |
Abcam | ab242288 | Hematopoietic Colony Forming Cell Assay Kit |
Abcam | ab113849 | Luminescent ATP Detection Assay Kit |
ATT Bio | 23010 | Cell Meter™ Cell Adhesion Assay Kit |
Cell Biolabs | CBA-110 | 24-Well Cell Invasion Assays, Basement Membrane |
Cell Biolabs | CBA-111-COL, | 24-Well Cell Invasion Assays, Collagen I |
Cell Biolabs | CBA-100-C, | 24-Well Chemotaxis / Cell Invasion Assay Combo Kits |
Cell Biolabs | CBA-100-FN | 24-Well Haptotaxis Assays, Fibronectin |
Cell Biolabs | CBA-105 | 5 µm Chemotaxis Assays, 96-Well Format |
Cell Biolabs | CBA-100 | 8 µm Chemotaxis Assays, 24-Well Format |
Cell Biolabs | CBA-106 | 8 µm Chemotaxis Assays, 96-Well Format |
Cell Biolabs | CBA-112 | 96-Well Cell Invasion Assay, Basement Membrane |
Cell Biolabs | CBA-112-COL | 96-Well Cell Invasion Assay, Collagen I |
Cell Biolabs | CBA-130 | 96-Well Cell Transformation Assays, Standard Soft Agar |
Cell Biolabs | CBA-106-C | 96-Well Chemotaxis / Cell Invasion Assay Combo Kits |
Cell Biolabs | CBA-210 | 96-Well Leukocyte Endothelium Adhesion Assay |
Cell Biolabs | CBA-200 | Angiogenesis Assay |
Cell Biolabs | CBA-070 | Cell Adhesion Assays, ECM Array |
Cell Biolabs | CBA-070 | Cell Adhesion Assays, ECM Array |
Cell Biolabs | VPK-107 | Colorimetric or fluorometric detection |
Cell Biolabs | CBA-050 | Fibronectin Cell Adhesion Assays |
Cloud clone | LMA547Po | Multiplex Assay Kit for Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM1), etc. by FLIA (Flow Luminescence Immunoassay) |
Cell Biolabs | CBA-125 | Radius™ 24-Well Cell Migration Assay |
Cell Biolabs | CBA-126 | Radius™ 96-Well Cell Migration Assay |
Cell Biolabs | CBA-216 | Tumor Transendothelial Migration Assay |
Cell Biolabs | CBA-120 | Wound Healing Assay |
Elabscience | E-CK-A345 | CFSE Cell Division Tracker Kit |
Elabscience | E-IR-R103 | DAPI Reagent (1 μg/mL) |
Elabscience | E-CK-A163 | DAPI Reagent (25μg/mL) |
Elabscience | E-CK-A371 | E-Click EdU Cell Proliferation Flow Cytometry Assay Kit (Green,Elab Fluor® 488) |
Elabscience | E-CK-A370 | E-Click EdU Cell Proliferation Flow Cytometry Assay Kit (Green,FITC) |
Elabscience | E-CK-A373 | E-Click EdU Cell Proliferation Flow Cytometry Assay Kit (Red, Elab Fluor® 647) |
Elabscience | E-CK-A376 | E-Click EdU Cell Proliferation Imaging Assay Kit (Green,Elab Fluor® 488) |
Elabscience | E-CK-A375 | E-Click EdU Cell Proliferation Imaging Assay Kit (Green,FITC) |
Elabscience | E-CK-A377 | E-Click EdU Cell Proliferation Imaging Assay Kit (Red, Elab Fluor® 594) |
Elabscience | E-CK-A378 | E-Click EdU Cell Proliferation Imaging Assay Kit (Red, Elab Fluor® 647) |
Elabscience | E-CK-A362 | Enhanced Cell Counting Kit 8 (WST-8/CCK8) |
Elabscience | E-BC-K056-M | Glucose-6-Phosphate Dehydrogenase (G-6-PD) Activity Assay Kit |
Elabscience | E-IR-R120 | Hematoxylin Staining Buffer |
Elabscience | E-BC-K771-M | Lactate Dehydrogenase (LDH) Cytotoxicity Colorimetric Assay Kit |
Elabscience | E-CK-A341 | MTT Cell Proliferation and Cytotoxicity Assay Kit |
Elabscience | PB180423 | Trypan Blue, 0.4% |
MyBioSource | MBS168967 | CytoSelect 48-well Cell Adhesion Assay (ECM Array, Colorimetric) Assay Kit |
MyBioSource | MBS168560 | CytoSelect 48-well Cell Adhesion Assay (ECM Array, Fluorometric) Assay Kit |
Nacalai | 30012-91 | Resazurin Sodium Salt |
Nacalai | 20577-34 | Trypan Blue Solution 0.05% |
R&D | 3500-096-K | Cultrex 3-D Spheroid Basement Membrane Extract Cell Invasion Assay, 96-well |
Solarbio | G4510 | Carazzi’s Hematoxylin Stain Solution |
Solarbio | G4470 | Celestine Blue Hematoxylin Stain Kit |
Solarbio | G1140 | Cole’s Hematoxylin Solution (For Conventional Stain) |
Solarbio | C0065 | DAPI solution (ready-to-use) (10ug/ml) |
Solarbio | C0060 | DAPI solution, 1mg/ml |
Solarbio | D8200 | DAPI,4’,6-Diamidino-2-phenylindole dihydrochloride (DAPI) |
Solarbio | G4500 | Delafield Hematoxylin Stain Solution |
Solarbio | G4530 | Ehrlich’s Hematoxylin Stain Solution |
Solarbio | G1617 | Fast Papanicolaou Staining Kit |
Solarbio | G4480 | Heidenhain’s Iron-Hematoxylin Stain Kit |
Solarbio | H8070 | Hematoxylin |
Solarbio | G4492 | Hematoxylin Stain Solution, Gill Ⅰ |
Solarbio | G4491 | Hematoxylin Stain Solution, Gill Ⅱ |
Solarbio | G4490 | Hematoxylin Stain Solution, Gill Ⅲ |
Solarbio | G1120 | Hematoxylin-Eosin (HE) Stain Kit |
Solarbio | G4520 | Hematoxylin-Eosin (HE) Stain Solution (One Step Method) |
Solarbio | G1264 | Lipid Fluorescent Staining Kit (Nile Red Method) |
Solarbio | G1355 | Mallory’s Trichrome Stain Kit |
Solarbio | G1340 | Masson’s Trichrome Stain Kit |
Solarbio | G1343 | Masson’s Trichrome Stain Kit (Fast Green FCF Method) |
Solarbio | G1080 | Mayer’s Hematoxylin Stain Solution, For IHC |
Solarbio | G1150 | Modified Harris’ Hematoxylin Stain Solution |
Solarbio | G1121 | Modified Hematoxylin-Eosin (HE) Stain Kit |
Solarbio | G4070 | Modified Lillie-Mayer Hematoxylin Stain Solution |
Solarbio | G1346 | Modified Masson’s Trichrome Stain Kit |
Solarbio | G1616 | Orange G6 Stain Solution |
Solarbio | G1612 | Papanicolaou EA36 Stain Kit |
Solarbio | G1613 | Papanicolaou EA36 Stain Solution |
Solarbio | G1610 | Papanicolaou EA50 Stain Kit |
Solarbio | G1611 | Papanicolaou EA50 Stain Solution |
Solarbio | G1614 | Papanicolaou EA65 Stain Kit |
Solarbio | G1615 | Papanicolaou EA65 Stain Solution |
Solarbio | G1428 | Prussian Blue Iron Stain Kit (Ferric Iron,Enhance With DAB) |
Solarbio | G1429 | Prussian Blue Iron Stain Kit (Ferrous Iron, Enhance With DAB) |
Solarbio | G1426 | Prussian Blue Iron Stain Kit (For Cells) |
Solarbio | G1424 | Prussian Blue Iron Stain Kit (With Eosin) |
Solarbio | G1420 | Prussian Blue Iron Stain Kit (With Neutral Red) |
Solarbio | G1422 | Prussian Blue Iron Stain Kit (With Nuclear Fast Red) |
Solarbio | R8150 | Resazurin |
Solarbio | IR1380 | Resazurin Sodium Salt |
Solarbio | G3571 | Sperm Counting Solution(with Trypan Blue) |
Solarbio | YA0310 | Super PAP Pen |
Solarbio | G3720 | Thomas Acid Hematoxylin Stain Kit |
Solarbio | T8070 | Trypan Blue |
Solarbio | C0040 | Trypan Blue Stain Solution, 0.4% |
Solarbio | C0041 | Trypan Blue Stain Solution, Ready To Use |
Solarbio | G1142 | Weigert’s Hematoxylin Stain Kit |
Solarbio | G3272 | Weil’s Iron Hematoxylin Stain Kit |
Solarbio | G3270 | Weil’s Myelin Stain Kit |
4. Referensi