Test Cortisol Dengan Metode ELISA Kit

Test Cortisol Dengan Metode ELISA Kit

Pengertian Cortisol

Cortisol atau kortisol adalah hormon steroid dari kelas glucocorticoid, yang banyak diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kortisol memiliki banyak fungsi dalam tubuh manusia, seperti mengendalikan respon stres, kadar glukosa darah, inflamasi, dan tekanan darah. Stress response yang dimaksud disini yaitu tubuh memproses informasi yang menimbulkan stres dan menghasilkan respons tergantung pada tingkat ancamannya, informasi yang didapat tubuh dapat dari internal maupun eksternal.

Ketika kortisol dalam darah menurun, sistem hipotalamus akan melepaskan hormon pelepas kortikotropin (CRH), yang kemudian mengarahkan kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH kemudian merangsang kelenjar adrenal untuk memproduksi dan melepaskan kortisol. Dengan kata lain Sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal berperan dalam produksi dan sekresi kortisol. Ketika dalam tubuh tidak ada yang mengatur produksi cortisol, maka dalam tubuh akan mengalami kelebihan atau kekurangan kortisol, sehingga dapat menyebabkan sindrom Cushing, atau insufisiensi kortikal, seperti penyakit Addison. Sehingga pengukuran kadar kortisol secara umum dapat digunakan sebagai indikator fungsi adrenal dan diagnosis banding penyakit Addison dan Cushing serta hiperplasia dan karsinoma adrenal.

Berapa kadar cortisol normal?

Cortisol aktif dan bebas dalam darah sekitar 1-2%, sisanya cortisol terikat pada protein serum. Sedangkan kortisol serum tidak terikat masuk dalam saliva melalui proses intraseluler, dalam saliva cortisol sama seperti pada darah yaitu tidak berikatan dengan protein. Kortisol saliva dianggap bebas dan menunjukkan ritme diurnal. Produksi kortisol memiliki ritme sirkadian, yaitu tinggi pada pagi hari dan semakin rendah di malam hari.

Kisaran normal dari sebagian besar tes kadar kortisol dalam darah yaitu:

Pukul 06:00 hingga 08:00: 10 –  20 microgram per deciliter (mcg/dL).

Sekitar jam 4 sore: 3 – 10 mcg/dL.

Pengukuran tersebut dapat bervariasi tergantung lab, waktu dan orang ke orang.

Fungsi Cortisol

Seperti yang telah disebutkan di atas, cortisol memiliki berbagai fungsi dalam tubuh, diantaranya yaitu:

● Respon Imun

Glukokortikoid memiliki peran dalam menginduksi apoptosis sel T proinflamasi, menekan produksi antibodi sel B, dan mengurangi migrasi neutrofil selama inflamasi.

● Respon Stress

Tubuh memproses informasi stres dan memunculkan respons tergantung pada tingkat ancaman. Sistem saraf otonom terbagi menjadi sistem saraf simpatik (SNS) dan sistem saraf parasimpatis (PNS). Saat stres, SNS akan menjadi aktif. SNS ini berperan dalam respon melawan. Setelah itu kelenjar Amigdala di otak akan memproses ketakutan, gairah, dan rangsangan emosional untuk menentukan respons yang tepat. Jika secara terpaksa Amigdala mengirimkan sinyal stress ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengaktifkan SNS, dan kelenjar adrenal melepaskan gelombang katekolamin, seperti epinefrin. Ini menghasilkan efek seperti peningkatan denyut jantung dan laju pernapasan. Saat tubuh terus merasakan rangsangan sebagai ancaman, hipotalamus mengaktifkan sumbu HPA. Kortisol dilepaskan dari korteks adrenal dan memungkinkan tubuh untuk terus waspada.

● Penyeimbang Glukosa dan Protein

Kadar glukosa darah memiliki peran dalam kunci jalur sistemik dan intraseluler. Adanya glukokortikoid, seperti kortisol, meningkatkan ketersediaan glukosa darah ke otak. Di hati, kadar kortisol yang tinggi meningkatkan glukoneogenesis dan menurunkan sintesis glikogen. Glukoneogenesis adalah sistem metabolisme yang menghasilkan glukosa dari asam amino glukogenik, asam laktat, atau gliserol 3-fosfat yang ditemukan dalam trigliserida. Dengan adanya kortisol, sel otot menurunkan pengambilan dan konsumsi glukosa dan meningkatkan degradasi protein; ini memasok glukoneogenesis dengan asam amino glukogenik. Dalam jaringan adiposa, kortisol meningkatkan lipolisis. Lipolisis adalah proses katabolik yang menghasilkan pelepasan gliserol dan asam lemak bebas. Terakhir, kortisol bekerja pada pankreas untuk menurunkan insulin dan meningkatkan glukagon. Glukagon adalah hormon peptida yang disekresikan oleh sel alfa pankreas untuk meningkatkan glikogenolisis hati, glukoneogenesis hati, ketogenesis hati, lipolisis, serta menurunkan lipogenesis.

Pengujian Terkait

Pengukuran kadar kortisol selain dari darah juga biasanya menggunakan sampel saliva. Pengujian kortisol menggunakan metode ELISA dengan sampel saliva dapat anda temukan pada Salimetrics Cortisol ELISA Kit dan IBL Cortisol ELISA (Cortisol (Free In Saliva) ELISA). Merk ELISA kit lainnya dapat menguji kandungan kortisol dari sampel rambut yaitu hair cortisol elisa kit dengan menggunakan Cayman Cortisol ELISA. Merek lain untuk pengujian cortisol dengan sampel darah, tissue homogenate dan cell culture diantaranya Elabscience Cortisol ELISA, DRG Cortisol ELISA, Abcam Cortisol ELISA, Neogen Cortisol ELISA dan Enzo Cortisol ELISA. Tetapi Cortisol ELISA tidak hanya untuk sampel human, namun juga ada untuk sampel hewan, seperti mouse cortisol ELISA, Rat Cortisol ELISA, dll.

Baca juga artikel disini

Berikut adalah list produk ELISA Kit untuk uji cortisol dari brand Elabscience, Salimetrics, Cayman dan IBL.

Brand No. KatalogDeskripsi Produk Size
Elabscience E-EL-0157Human Cortisol ELISA Kit 96 well
Elabscience E-EL-0158 Bovine/Sheep Cortisol ELISA Kit 96 well
Elabscience E-EL-0159 Porcine Cortisol ELISA Kit96 well
Elabscience E-OSEL-B0002 QuicKey Pro Bovine Cortisol ELISA Kit96 well
Salimetrics 1-3002Salivary Cortisol ELISA Kit 96 well
Cayman 500360 Cortisol ELISA Kit96 well
IBL IB79311 Cortisol (Free In Saliva) ELISA96 well
IBL IB79343 Cortisol ELISA96 well

 

Semua produk Cortisol ELISA Kit di atas menggunakan teknik ELISA competitive. Prinsip kerja kit ini, Cortisol pada standard dan sampel saling bersaing dengan cortisol terkonjugasi horseradish peroxidase untuk berikatan pada site antibody pada pelat microtiter. Setelah masa inkubasi, molekul yang tidak berikatan dihilangkan. Ikatan enzyme terkonjugasi akan terukur berdasar reaksi enzim horseradish peroxidase dengan substrat tetramethylbenzidine (TMB). Reaksi ini menghasilkan warna biru. Warna kuning terbentuk setelah menghentikan reaksi dengan larutan asam. Pembacaan dilakukan menggunakan microplate reader dengan panjang gelombang 450 nm kecuali pada Cayman cortisol ELISA dengan panjang gelombang 405 – 420 nm. Perlu diingat untuk ELISA competitive jumlah konjugat enzim kortisol yang terdeteksi berbanding terbalik dengan jumlah kortisol yang ada dalam sampel.

 

Sumber:

  1. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538239/
  2. https://my.clevelandclinic.org/health/articles/22187-cortisol
  3. https://salimetrics.com/assay-kit/salivary-cortisol-elisa-kit/