5 Penyakit dengan Prevalensi Tertinggi di Indonesia

Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, terdapat lima penyakit dengan prevalensi tertinggi yang menyebar di 34 provinsi di Indonesia. Berikut kami uraikan penyakit tersebut.

Pertama adalah hipertensi atau biasa disebut juga tekanan darah tinggi. Prevalensi penyakit ini yaitu 34,1% (2018), mengalami kenaikan dari tahun 2013 yaitu 25,8%. Hipertensi bisa merusak organ tubuh dan pemicu terjadinya gagal ginjal, stroke, dan jantung. Hipertensi bisa terjadi karena banyaknya asupan yang cenderung menghambat atau menyempitkan aliran darah, seperti konsumsi garam berlebihan dan lemak tak jenuh.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan hipertensi banyak ditemukan di 3 (tiga) provinsi di Indonesia, yakni Kalimantan Selatan 44,1 % (tertinggi), kemudian berturut-turut Jawa Barat  dan Kalimantan Timur.

Berkenaan dengan tingginya prevalensi hipertensi tersebut, perlu diupayakan diagnosa yang cepat dan akurat, salah satunya adalah dengan metode ELISA atau enzyme linked immunosorbent assay. INDOGEN merupakan distributor Elabscience di Jakarta untuk kit deteksi marker hipertensi.

Penyakit  kedua adalah penyakit Sendi, yang prevalensinya menunjukkan tren menurun dari 11,9% (Riskesdas 2013) menjadi 7,3% (Riskesdas 2018). Tren menurun ini hanya terjadi pada penyakit sendi saja, sedangkan penyakit lainnya menunjukkan kecenderungan naik. Penyakit sendi terjadi karena adanya penumpukan kristal asam urat di jaringan ikat.

Peradangan sendi misalnya biasa terjadi di daerah sekitar lutut, pangkal lengan, pergelangan tangan maupun kaki dan daerah-daerah yang bersendi. Gejalanya berupa nyeri, disertai kekakuan, merah, pembengkakan, yang bukan karena benturan ataupun kecelakaan. Berdasarkan data Riskesdas 2018, tiga provinsi dengan prevalensi penyakit sendi tertinggi adalah Aceh 13,3 %, Bengkulu dan Bali.

Pencegahan penyakit sendi dilakukan dengan upaya menjaga pola makan, cukup asupan kalsium dan vitamin sendi lainnya, serta olahraga secara teratur.  Dianjurkan untuk banyak minum air putih, susu, buah-buahan ceri, seledri, jeruk dan sumber multi vitamin lainnya.

Seperti dijelaskan di atas bahwa penyakit sendi ini disebabkan utamanya karena menumpuknya asam urat pada jaringan ikat, maka diperlukan deteksi yang akurat untuk pengukuran asam urat. INDOGEN menjual kit deteksi asam urat dengan harga yang competitive dari merk Wuhan Elabscience. Kit yang ada di dalam daftar ini bersifat universal, artinya selain untuk human, juga bisa digunakan untuk mendeteksi asam urat pada mouse dan rat. Manufacturer Elabscience menjual kit pemeriksaan asam urat ini dengan manual atau protocol kerja. Ada dua metode pemeriksaan yaitu dengan alat microplate reader dan spectrofotometer.

Sebagai informasi tambahan, kit uji asam urat ini sudah memiliki semua reagent/component yang lengkap, sehingga Anda hanya tinggal menyiapkan sample saja. Sebelum dikirimkan kit ini telah melewati quality control yang ketat sehingga hasil uji kit ini akurat. Biasanya kit pemeriksaan asam urat ini memiliki expiration date 6 bulan sejak diproduksi.

Ketiga yaitu penyakit Hepatitis B. Secara nasional prevalensinya mencapai 21,8%, atau menempati urutan tertinggi. Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Sebenarnya penyakit hati ini bukan saja karena virus, tetapi juga akibat paparan bahan kimia berbahaya, karena hati berfungsi untuk menetralkan racun di dalam tubuh.

Jika melihat lagi data pada Riskesdas tersebut, provinsi dengan prevalensi tertinggi hepatitis B, yaitu Bangka Belitung 48,2%, Maluku 47,6% dan DKI Jakarta 37,7%.

Berikut merupakan daftar Human HBsAg ELISA kit dari Cortez Diagnostics. Kit ini menggunakan metode sandwich untuk mendeteksi HbsAg pada sampel darah manusia. Semua reagents/components lengkap, jadi tinggal menyiapkan sample penelitian. Indogen menjual kit HBsAg ELISA Kit di Jakarta, di Bandung, di Surabaya, di Padang, di Yogyakarta, di Medan, di Makassar dan di Bali.

Keempat adalah serangan stroke. Data pada Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi serangan stroke mencapai 12,1%. Stroke merupakan penyakit yang datanya paling pesat peningkatannya dibandingkan dengan penyakit lainnya. Pada tahun 2007 prevalensinya berkisar pada angka 8,3%. Jumlah ini meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 12,1%.

Prevalensi stroke ada di DI Yogyakarta 16,9%, Sulawesi Tengah 16,6%, dan Jawa Timur 16,0%. Badan Kesehatan Dunia (WHO), mendefinisikan stroke sebagai penyakit karena defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah di otak.

Stroke banyak dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan sembarangan yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah di otak, gampang stress, kurang gerak. Apalagi di perkotaan dengan pola hidup yang menggantungkan mobilitasnya kepada alat transportasi bukan aktivitas fisik misalnya jalan kaki.

Merujuk data WHO (2017), Indonesia memiliki peringkat pertama sebagai negara dengan peringkat kematian tertinggi karena stroke di dunia. Kematian karena stroke mencapai 20% dari total kematian. Karena hal ini pemerintah memberikan perhatian yang sangat besar pada penyakit stroke dengan salah satunya yaitu penelitian terkait penyakit stroke.

Salah satu metode untuk mendeteksi secara cepat potensi stroke adalah dengan ELISA atau enzyme linked immunosorbent assay. INDOGEN merupakan distributor Elabscience di Jakarta untuk kit deteksi marker stroke.

Berikut merupakan daftar ELISA kit dari manufacturer Elabscience. Kit ini menggunakan metode sandwich untuk mendeteksi marker pada sampel darah manusia. Semua reagents/components lengkap, jadi tinggal menyiapkan sample penelitian saja. INDOGEN menjual kit ELISA dengan harga yang competitive dari merk Wuhan Elabscience.

Kelima, balita kurang gizi. Penyakit ini sangat paradoks sebenarnya di tengah pola konsumsi masyarakat yang mulai tidak terkontrol. Prevalensi balita kurang gizi mencapai 19,6%. Keadaan ini sangat memprihatinkan, sebab hampir 1 dari 5 balita di Indonesia mengidap kurang gizi. Sementara, provinsi dengan prevalensi balita kurang gizi tertinggi adalah NTT 35%, Papua 32%, dan Maluku 30%.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah data stunting atau balita pendek juga mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, yaitu 37,2% pada tahun 2013, meningkat dari data tahun 2010 sebesar 35,6%. Jadi, anak-anak Indonesia selain mengalami kurang gizi pada asupan makanannya juga tubuhnya pendek.

Sudah seharusnya pemerintah dan semua lapisan masyarakat lebih meningkatkan langkah preventif dan promotif melalui kampanye hidup sehat, termasuk rajin olahraga dan makan makanan sehat kepada masyarakat Indonesia. Selain itu juga perlu ditingkatkan penelitian terkait penyakit dengan prevalensi tinggi tersebut. Hal ini agar visi mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat terwujud.

Sumber

https://lifestyle.sindonews.com/read/1208410/155/5-penyakit-tertinggi-di-indonesia-ini-perlu-ditangani-serius-1495818493

http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf

https://www.omicsonline.org/open-access/markers-in-hypertension-insights-for-an-enhanced-blood-pressure-management-2167-1095-3-165.php?aid=28413

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3250275/

https://www.worldlifeexpectancy.com/indonesia-stroke