Selalu ada lebih dari satu pilihan antibodi yang bisa dipilih untuk deteksi protein target. Berikut ini merupakan beberapa tips untuk mempersempit cakupan seleksi dan memilih antibodi yang sesuai dengan eksperimen Anda:
Carilah publikasi jurnal yang berhubungan dan cek apakah antibodi yang akan kita gunakan dapat mendeteksi protein target dengan menggunakan aplikasi yang sama. Catat dalam daftar sebagai opsi prioritas.
Baca juga artikel mengenai Panduan Memilih Antibodi di sini
Pilih salah satu yang bertentangan dengan immunogen yang identik atau mencakup bagian dari proteinnya.
Sebagai contoh, western blot bekerja pada protein terdenaturasi, sedangkan Flow Sitometri cocok untuk protein dengan konfigurasi asal. Beberapa antibodi bisa digunakan untuk eksperimen berbeda seperti western blot (WB), Immunfluoresens (IF) dan immunohistokimia (IHK), sedangkan yang lainnya mungkin hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi saja.
Antibodi yang bekerja dengan baik dalam satu tipe sel mungkin tidak akan selalu cocok untuk tipe sel Anda. Apalaggi, jika sebuah antibodi, dihadapkan dengan spesies yang sama sebagai salah satu target, yang akan menyebabkan masalah pada tahap deteksi.
Antibodi monoklonal memiliki spesifisitas tinggi, ikatan non-spesifik dan sinyal latar belakang yang rendah karena mengenali epitop tunggal pada protein target, sedangkan antibodi poliklonal cenderung kurang spesifik karena berhadapan dengan epitop yang majemuk pada protein. Namun, antibodi poliklonal dapat lebih efektif mendeteksi target meskipun epitopnya sedikit oyang ditutupi oleh ikatan-menyilang (cross-linking). Antibodi monoklonal baggus untuk flow sitometri ketika pengenalan epitop majemuk oleh antibodi poliklonal yang akan menyebabkan data tidak akurat. Antibodi poliklonal umumnya cocok aplikasi ImmunoPresipitasi dimana pengenalan epitop majemuk dibutuhkan.