ELISA Kit IL-10 Plasma Sebagai Penunjang Deteksi Penyakit HIV

ELISA Kit IL-10 Plasma Sebagai Penunjang Deteksi Penyakit HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.  AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Pendahuluan

Penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus & Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV & AIDS), saat ini sudah menyebar ke seluruh dunia dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia termasuk negara  dengan  peningkatan  angka  kejadian  HIV  & AIDS yang cukup tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, jumlah kasus HIV (human immunodeficiency virus) di Indonesia diproyeksikan mencapai 515.455 kasus selama Januari-September 2023.

Sebagian besar penderita datang ke rumah sakit pada masa penyakit lanjut, sehingga  diagnosis  dan  penatalaksanaannya terlambat.  Berbagai  jenis  pengobatan  dan  upaya yang sudah dilakukan untuk menekan angka kejadian HIV & AIDS, tetapi sampai saat ini dianggap belum berhasil sepenuhnya sehingga angka kematian tetap tinggi.

Diagnosis HIV dan AIDS

Biasanya, dokter akan mengulangi atau melakukan beberapa macam pemeriksaan HIV untuk memastikan HIV/AIDS yang dialami oleh pasien. Lantaran, tes HIV ini tidak 100 persen langsung akurat hanya melalui sekali pemeriksaan saja. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah :

1. Tes Antibodi-Antigen

Tes antibodi-antigen atau Ab-Ag test merupakan kombinasi pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi protein p24 (antigen HIV) serta antibodi HIV-1 atau HIV-2 di dalam darah pasien.

2. Tes Asam Nukleat (NATs)

Pemeriksaan viral load (HIV RNA) bertujuan untuk menghitung RNA HIV yang berfungsi menggandakan diri. Tes ini mendeteksi keberadaan virus HIV di dalam tubuh dan dapat dilakukan 10 hari setelah terinfeksi. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani.  Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

3. Tes resistensi (kekebalan)

Beberapa subtipe HIV diketahui kebal terhadap obat anti HIV. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap.

4. Tes antibodi

Tes ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Beberapa jenis tes antibodi untuk mendeteksi infeksi HIV/AIDS adalah sebagai berikut:

  • Rapid test: dilakukan dengan meletakkan sampel darah pasien ke dalam alat tes HIV yang terdapat antigen HIV. Tes ini dapat selesai dengan cepat, bahkan hanya memerlukan waktu 20 menit. Namun, rapid test memiliki tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis pemeriksaan lain, kemungkinan dapat menghasilkan positif palsu atau negatif palsu.
  • ELISA test: Sampel darah pasien akan dianalisis pada laboratorium untuk dilihat apakah terdapat kandungan antibodi HIV. Tes ini biasanya memerlukan waktu 1-3 hari.
  • Western blot test: merupakan tes lanjutan dari ELISA test. Lebih tepatnya, western blot test dilakukan untuk memastikan adanya pengikatan spesifik antibodi terhadap protein HIV.

5. Hitung sel CD4

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih yang memiliki peran sangat penting bagi sistem kekebalan tubuh. Fungsinya adalah untuk membantu mengidentifikasi sekaligus menghancurkan patogen penyebab infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sel CD4 juga akan memberi sinyal pada sel-sel imun lain jika suatu bahaya terjadi pada tubuh. Sel CD4 berperan penting dalam sistem imun, maka dari itu jumlah sel CD4 yang menandakan sistem kekebalan tubuh sehat.

Pemeriksaan IL-10 Plasma untuk Deteksi HIV/AIDS

Salah  satu  sarana  diagnosis  dan  pemeriksaan untuk  mengetahui  status  imun  dan  pemantauan pengobatan  adalah  pemeriksaan  limfosit-T  CD4+ (Cluster of Differentiation 4). Pemeriksaan jumlah limfosit- T CD4+ biasanya dilakukan dengan  metode flowcytometry di  laboratorium.

Pemeriksaan  limfosit-T  CD4+ ini  memiliki beberapa  kelemahan yaitu sampel  yang diambil  harus  segar,  bila  terpaksa  ditunda  paling lama  waktu  pengambilan  kurang  30  jam. Hasil pemeriksaan dipengaruhi  faktor  keluar  air  kemih  siang hari  (diurnal),  kegiatan  fisik,  dan stres yang dapat berbeda  setiap  hari  bergantung  penyakit  penyerta yang  ada.   Keterbatasan  lainnya,  pemeriksaan jumlah  limfosit-T  CD4+  belum  tersedia  di  setiap laboratorium. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan oleh  beberapa  laboratorium  besar  yang  memiliki sarana flowcytometry atau  mikroskop  pendar  fluor (fluorosens).

Keseimbangan antara T-helper 1  (Th1) dan T-helper  2  (Th2)  terlibat  dalam  terjadinya  penyakit HIV/AIDS.  Pada  peningkatan  keparahan  penyakit akan  terjadi  dominasi  tanggap  T-helper 2 (Th2). Sejumlah  sitokin  yang  dihasilkan  Th1  (IL-2,  IL-12, dan  IFN-g)  akan  menurun  dan  sejumlah  sitokin yang  dihasilkan  Th2  (IL-4,  IL-5,  IL-6,  IL-10)  akan meningkat.  Jumlah  sitokin  Th2 salah  satunya adalah IL-10 yang dalam jumlah berlebihan justru bersifat proapoptosis  dan  ikut  memicu  penurunan  jumlah limfosit-T  CD4+ sejalan  dengan  peningkatan keparahan penyakit. Jadi, di satu sisi jumlah sitokin Th2 akan  terus  meningkat  dan  hasilan  IL-10  juga  akan meningkat  sejalan  dengan  peningkatan  keparahan penyakit.

ELISA Kit Human IL-10 dari merk Elabscience dan Fine Test

Dengan adanya penelitian tersebut, disarankan  pemeriksaan  IL-10  perlu dilakukan untuk meyakinkan user/dokter perihal tingkat perkembangan  penyakit  karena  pada  peningkatan keparahan  penyakit  juga  disertai  peningkatan kadar  IL-10.  Pemeriksaan  limfosit -T  CD4+  yang digabungkan dengan pemeriksaan IL-10 akan lebih bermanfaat dalam  pelayanan untuk penderita. Di laboratorium yang belum memiliki sarana flow cytometry, pemeriksaan IL-10 diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu pemeriksaan pengganti apabila pemeriksaan limfosit-T CD4+ tidak dapat dilakukan. Pemeriksaan  IL-10  dapat  dilakukan  dengan  metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pembacaan hasil dilakukan dengan ELISA reader gelombang 450 nm, sehingga didapatkan hasil berupa nilai serapan masuk (kepadatan optik/optical density/OD 450 nm.

Tabel 1. Perangkat ELISA kit IL-10 untuk Pemeriksaan HIV/AIDS

Brand No. Katalog Deskripsi Kit Range Deteksi ⅀ test
Elabscience E-EL-H6154 Human IL-10 (Interleukin 10)ELISA Kit 1.56-100 pg/mL 96T
Elabscience E-HSEL-H0005 HS Human IL-10 (Interleukin 10) ELISA Kit 0.78-50 pg/mL 96T
Fine Test EH0173 Human IL-10 (Interleukin 10) ELISA Kit 7.813-500 pg/ml 96T
Fine Test EH3264 Human IL10Rβ (Interleukin 10 Receptor Beta) ELISA Kit 31.25-2000 pg/ml 96T

 

Gambar 1. Human IL-10 (Interleukin 10) ELISA Kit no cat. EH0173 dari Fine Test

Gambar 1. Human IL-10 (Interleukin 10) ELISA Kit no cat. EH0173 dari Fine Test

Penelitian  ini  masih  merupakan  awal  untuk mengetahui  peran  IL-10  dalam  hubungannya dengan kegiatan penyakit HIV/AIDS dengan jumlah pasien terinfeksi  HIV  tahap  tanpa  gejala. Namun  demikian,  penelitian  ini  cukup  bermanfaat memberikan penjelasan tentang IL-10 plasma pasien terinfeksi HIV. Pengukuran  sitokin  IL-10 dengan  metode  ELISA memiliki  beberapa  keuntungan.  Metode ELISA memiliki sensitifitas lebih tinggi, reagen tersedia dalam bentuk kit dan  hasil  pemeriksaan  diperoleh  dalam  beberapa  jam, sehingga  metode  ELISA  lebih  disukai user/peneliti.

Artikel Terkait :

Marker ELISA kit Untuk Penyakit Hepatitis dan Retrovirus

50+ Marker ELISA kit Untuk In Vitro Diagnostik Merk Diasino

Isolasi dan Identifikasi Sel T Helper Perifer (Tph) dengan Flowcytometry

IL-10 (Human, Mouse, Rat) ELISA Kit

Referensi :

  1. Muhamad N. (2023). Penderita HIV Indonesia Mayoritas Berusia 25-49 Tahun per September 2023. Diakses pada 26 Maret 2024, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/01/penderita-hiv-indonesia-mayoritas-berusia-25-49-tahun-per-september-2023
  2. dr. Fadhli Rizal Makarim. (2022). HIV dan AIDS. Diakses pada 26 Maret 2024, dari https://www.halodoc.com/kesehatan/hiv-dan-aids
  3. Tim Medis Siloam Hospitals. (2024). Mengenal 3 Jenis Tes HIV beserta Prosedur Pelaksanaannya. Diakses pada 26 Maret 2024, dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/tes-hiv
  4. Kadek Mulyantari, Endang Retnowati, Nasronudin. (2011). Interleukin-10  Plasma  dan Limfosit-T CD4+ Penderita Terinfeksi HIV. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. (1)1: 20–29.