Sebelumnya kami pernah mengulas mengenai imunitas tubuh terhadap suatu infeksi. Pada dasarnya tubuh kita memiliki sistem pertahanan sendiri yaitu imun bawaan dan sistem imun adaptif. Ketika muncul benda asing atau suatu infeksi dari mikroorganisme dari luar tubuh yang pertama akan menjaga kita yaitu sistem imun bawaan, dimana pertahanannya dimulai dari permukaan kulit atau mukosa juga dapat secara non spesifik yaitu melalui pertahanan internal seperti asam lambung dan proses biokimia lain yang ada dalam tubuh. Jika infeksi mikroorganisme dapat menembus sistem imun bawaan maka sistem imun adaptif akan bekerja.
Sistem imun adaptif melibatkan sel darah putih seperti sel makrofag dan sel limfosit T dan limfosit B. Sel makrofag akan menelan atau fungsinya sebagai fagositosis kuman dan kemudian akan memicu aktivasi sel limfosit T dan B. Sel limfosit T dan limfosit B merupakan sel darah putih yang termasuk dalam sistem imun adaptif yang berperan mengenali antigen spesifik. Limfosit B atau dikenal juga dengan sel B akan menanggapi patogen dengan memproduksi dalam jumlah besar antibodi yang kemudian menetralkan benda asing seperti bakteri dan virus. Sedangkan sel Limfosit T atau sel T akan menstimulasi sitokin proinflamasi diantaranya interleukin 1 (IL-1), interleukin 6 (IL-6) interleukin 8 (IL-8), interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 12 (IL-12) untuk selanjutnya sitokin tersebut akan merangsang respon imun. Setelah aktivasi, sel B dan sel T meninggalkan sel-sel memori, yang akan “mengingat” setiap patogen spesifik yang dihadapi, dan mampu memberikan respon yang kuat dan cepat jika patogen terdeteksi lagi.
TropBRC kepanjangan dari Tropical Biopharmaca Research Center merupakan organisasi milik Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). TropBRC menjadi pusat pengembangan biofarmaka, konservasi sumber daya alam, dan pusat penentuan regulasi kebijakan bioprospektif. Selain itu, TropBRC juga sebagai pusat pengembangan berbagai multidisiplin yang memiliki kemampuan dalam eksplorasi, konservasi, budidaya, ekstraksi, analisis struktur kimia, standardisasi, dan hasil sumber daya alam.
Adapun penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:
Hasil penelitian dari TropBRC kerap kali dipublikasi untuk masyarakat umum. Belum lama ini TropBRC melakukan acara webinar dengan tema “Budidaya Tanaman Obat berpotensi sebagai Anti Inflamasi dan Peningkatan Respon Imunitas Tubuh”, dihadirkan oleh para ahli diantaranya drh. Min Rahminiwati, PhD; Dr. Waras Nurcholis, S.Si, M.Si; Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz, M.S; dan Dr. Ir. Maya Melati, M.Sc.
Indonesia memiliki sekitar 30 ribu hingga 50 ribu jenis tumbuhan. Namun, hanya sekitar 7.500 yang dapat digunakan untuk tanaman obat. Pada data Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, disebutkan bahwa terjadi peningkatan pasar obat tradisional sebanyak Rp 7,1 triliun sejak tahun 2006 hingga 2012. Tingginya pasar obat tradisional bisa diduga karena konsumsi gaya hidup sehat bagi sebagian masyarakat. Di lain sisi, Indonesia secara turun temurun telah mengakui kemanjuran dari obat tradisional hingga menganggapnya warisan budaya bangsa.
Selain itu perlu juga pembuktian untuk mengetahui khasiat dari tanaman obat sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat. Terdapat 3 macam obat herbal yang aman menurut BPOM diantaranya, Obat tradisional (jamu), obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka.
Industri OHT/obat herbal terstandar pun berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja beberapa merk dagang OHT yang sudah cukup dikenal masyarakat misalnya saja curcuma, tolak angin, Antangin JRG, Mastin, Diapet, dll.
Di saat Pandemi ini penting bagi kita untuk menjaga imun tubuh agar terhindar dari virus, COVID-19. Indonesia kaya akan sumber daya hatinya seperti tanaman herbal, dan para ahli pun telah banyak menemukan kandungan dalam tanaman obat yang memiliki zat atau senyawa antiinflamasi. Berikut beberapa tanaman asli Indonesia yang memiliki senyawa anti inflamasi disajikan dalam tabel:
No | Nama Tanaman | Zat Aktif | Khasiat |
---|---|---|---|
1 | Kencur (Kaempferia galanga L) | Flavonoid, Saponin, Minyak Atsiri, Metil Sinamat. | antiinflamasi, juga sebagai inhibitor TNF-a (TNF alpha), IL-1B, iNOS, NO, Cox, PEG2, dan inhibitor Histamin. Penyakit: Radang tenggorokan (antibakteri gram +), batuk dan rematik. |
2 | Pegagan (Centella Asiatica) | Flavonoid (Quercetin), Triterpenoid (asiaticoside, madecassoside). | dapat menurunkan NO (Nitric Oxide) dalam tubuh, inhibitor TNF-a dan menurunkan ROS (Reactive oxygen species). Penyakit: Luka bakar, eskim diabetes, meningkatkan daya ingat, lesi gastrik mukosa, antiinflamasi, aktivitas antiviral, antibakteri, antioksidan. |
3 | Meniran (Phyllanthus niruri) | glycyrrhizin, abrusosides A-E, triterpene glycosides, steroid, alkaloid, flavonoid. | sebagai antiinflamasi: menurunkan COX-2, iNOS, IL-1B, IL-6, TNF-a dan produksi NO. Penyakit: Gangguan lambung, demam batuk, ulkus di mulut, hepatoprotektif. |
4 | Saga (Abrus precatorius) | isoflavaquinones (abruqainones A,B: inhibitor agregat platelet, abruquinones A, B, D, F: antiinflamasi, anti alergi). | Tanaman saga dapat inhibisi respon imun (menghambat TNF-a dan menghambat NO) artinya tidak menstimulasi sistem imun sehingga titer antibodi menurun, namun bertindak sebagai antiinflamasi dan antialergi. Penyakit: sebagai analgesik pada stomatitis (peradangan di mulut), urticaria, anti asthma. |
5 | Binahong (Anredera cordifolia (Ten) | Sebagai antiinflamasi: menurunkan TNF-a, IL-1, NO, dan IL-6. |
ELISA adalah teknik pengujian berbasis plat yang dirancang untuk mendeteksi dan mengukur zat seperti peptida, protein, antibodi dan hormon. Teknik assay berbasis plat ini menggunakan permukaan solid, biasanya terbuat dari plastik polistirena dengan banyak sumuran (multiwell), yang membedakan ELISA dengan assay lainnya yang berbasis antibodi. Dalam ELISA, analit (substansi yang dianalisa) dalam sampel di immobilisasi ke permukaan solid tersebut, sedangkan komponen lainnya dalam sampel akan dibuang dengan larutan deterjen. Dalam cara ini, permukaan solid mampu memisahkan analit dari sampel. Setelah analit diiimobilisai, antibodi pendeteksi yang terikat dengan enzim ditambahkan, membentuk kompleks antigen-antibodi. Reaksi enzimatik menghasilkan sinyal yang bisa dilihat, biasanya berupa perubahan warna, yang kemudian diukur.
PT INDOGEN sangat mendukung perkembangan riset terkait tanaman herbal asli Indonesia, lebih lagi khasiatnya yang dapat meningkatkan respon imun dan sebagai antiinflamasi atau anti peradangan. Untuk itu kami disini dapat membantu anda mensuplai biomarker proinflamasi dalam bentuk perangkat ELISA kit atau biochemical Assay kit. Berikut daftar biomarker antiinflamasi yang dapat kami sediakan.
Brand | No. Katalog | Marker | Size |
---|---|---|---|
Elabscience | E-EL-H0088 | Human IL-1α(Interleukin 1 Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0036 | Mouse IL-1α(Interleukin 1 Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0011 | Rat IL-1α(Interleukin 1 Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0149 | Human IL-1β(Interleukin 1 Beta) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0037 | Mouse IL-1β(Interleukin 1 Beta) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0012 | Rat IL-1β(Interleukin 1 Beta) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-RB0013 | Rabbit IL-1β(Interleukin 1 Beta) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0099 | Human IL-2(Interleukin 2) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0042 | Mouse IL-2(Interleukin 2) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0013 | Rat IL-2(Interleukin 2) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0102 | Human IL-6(Interleukin 6) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0044 | Mouse IL-6(Interleukin 6) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0015 | Rat IL-6(Interleukin 6) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-RB0014 | Rabbit IL-6(Interleukin 6) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0048 | Human IL-8(Interleukin 8) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-RB1142 | Rabbit IL-8(Interleukin 8) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0103 | Human IL-10(Interleukin 10) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0046 | Mouse IL-10(Interleukin 10) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0016 | Rat IL-10(Interleukin 10) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-RB0487 | Rabbit IL-10(Interleukin 10) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0150 | Human IL-12(Interleukin 12) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0726 | Mouse IL-12(Interleukin 12) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0064 | Rat IL-12(Interleukin 12) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0109 | Human TNF-α(Tumor Necrosis Factor Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-M0049 | Mouse TNF-α(Tumor Necrosis Factor Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-R0019 | Rat TNF-α(Tumor Necrosis Factor Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-RB0011 | Rabbit TNF-α(Tumor Necrosis Factor Alpha) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H5574 | Human COX2(Cytochrome C Oxidase Subunit II) ELISA Kit | 96T |
Elabscience | E-EL-H0753 | Human NOS2/iNOS(Nitric Oxide Synthase 2, Inducible) ELISA Kit | 96T |
Brand | No. Katalog | Marker | Size |
---|---|---|---|
Elabscience | E-BC-K035-M | Nitric Oxide (NO) Colorimetric Assay Kit | 96T |
Elabscience | E-BC-K035-S | Nitric Oxide (NO) Colorimetric Assay Kit | 100T |
Elabscience | E-BC-K138-F | Reactive Oxygen Species (ROS) Fluorometric Assay Kit | 96T |