A. Apa itu Mikotoksin?
Mycotoxin atau mikotoksin adalah racun hasil metabolit sekunder dari beberapa jenis jamur. Umumnya, mikotoksin ditemukan pada tanaman bijian serealia seperti jagung, gandum, kedelai dan berbagai kelompok kacang lainnya. Sebagian besar mikotoksin dihasilkan oleh lima kelompok jamur utama, yaitu, Penicillium, Aspergillus, Fusarium, Claviceps, dan Alternaria. Macam mikotoksin yang dihasilkan oleh kelima kelompok jamur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jenis Mikotoksin yang bersumber dari Jamur
Jamur | Jenis Mikotoksin |
Fusarium sp. | Deoxynivalenol, T12 toksin, zearalenone, moniliformin, fumonisin |
Aspergillus terreus | Citreoviridin, terreic acid, patulin |
Aspergillus sp. | Aflatoxin, asam kojat, asam aspergilat, asam sikolopiazonat, patulin, citreoviridin, fumigatin, okratoksin, sterigmatoksistin, viridi toksin, citrinin, palmotoksin, rubratoxin, luteo kirin, dekumbin, viridikatin |
Penicillium sp. | Patulin, okratoksin, citrinin, luteo kirin, tremorgenic, rubratoxin, mikofenolat, griseofulvin, finitren, asam sekalonat |
Alternaria | Asam tenuazonic |
Claviceps | Ergot |
Dari kelima kelompok jamur penghasil mikotoksin di atas, 3 diantaranya yaitu Aspergillus, Penicillium dan Fusarium merupakan kelompok yang paling banyak penghasil mikotoksin yang merugikan.
B. Jenis Mikotoksin
Terdapat berbagai jenis mikotoksin yang dapat mencemari produk pertanian. Beberapa jenis mikotoksin yang sering ditemukan di antaranya adalah aflatoksin, okratoksin, deoxynivalenol dan nivalenol, zearalenone serta fumonisin. Mikotoksin tersebut sering ditemukan pada beberapa produk hasil pertanian.
Berikut ulasan mengenai jenis mikotoksin yang sering mengkontaminasi produk pangan:
1. Aflatoksin
Aflatoksin merupakan salah satu jenis mikotoksin yang kerap ditemukan pada produk dan hasil olahan pertanian, seperti serealia (jagung, sorghum, beras, dan gandum), rempah – rempah (lada, jahe, kunyit) dan kacang – kacangan (almond dan kacang tanah), juga pada produk hasil ternak seperti susu, telur dan daging. Aflatoksin dihasilkan dari kelompok jamur Aspergillus (Aspergillus flavus, A. parasiticus dan A. nomius).
Terdapat beberapa jenis aflatoksin yaitu aflatoksin B1 dan B2 (AFB), aflatoksin G1 dan G2 (AFG), aflatoksin M1 (AFM1) aflatoksin M2, aflatoxicol (AFL) serta aflatoksin Q1. Tipe-tipe aflatoksin tersebut memiliki tingkat toksisitas yang berbeda-beda. Aflatoksin banyak dijumpai di negara tropis seperti Indonesia. Berdasarkan klasifikasi International Agency for Research on Cancer (IARC), aflatoksin merupakan karsinogen dan yang paling berbahaya yaitu dari kelompok Aflatoksin B1 (AFB1) dan Aflatoksin M1 (AFM1).
2. Okratoksin
Okratoksin dihasilkan oleh jamur pada saat penyimpanan serealia, produk turunan serealia dan rempah-rempah. Okratoksin dapat bersifat toksik bagi organ hati apabila terakumulasi dalam jumlah tertentu. Okratoksin adalah kelompok mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa spesies Aspergillus (Aspergillus ochraceus, A. carbonarius dan A. niger) serta beberapa spesies Penicillium terutama Penicillium verrucosum. Okratoksin terbagi menjadi okratoksin A, B dan C. Adapun okratoksin yang paling sering ditemukan adalah okratoksin A.
3. Deoxynivalenol (DON)
Deoxynivalenol mengkontaminasi produk serealia, seperti barley, sorghum dan gandum. Mikotoksin ini produksi dari Fusarium graminearum. Mikotoksin ini dikenal juga sebagai vomitoxin karena efeknya yang kuat setelah dikonsumsi, karena diangkut ke otak, di mana reseptor dopaminergik bekerja.
4. Zearalenone
Zearalenone dapat ditemukan pada berbagai komoditas serealia seperti gandum, barley, jagung, beras dan sorghum. Akan tetapi, komoditas yang paling sering tercemar adalah jagung. Zearalenone dapat berpengaruh pada sistem reproduksi yang dapat mengakibatkan hyperestrogenism. Hal ini disebabkan zearalenone dan beberapa metabolitnya dapat mengikat reseptor estrogen.
Zearalenone merupakan mikotoksin yang paling banyak diproduksi oleh kelompok jamur Fusarium, terutama Fusarium graminearum, selain itu juga diproduksi oleh jenis F. culmorum, F. verticillioides, F. sporotrichioides, F. semitectum, F. equiseti, dan F. oxysporum.
5. Fumonisin
Fumonisin sering ditemukan pada jagung dan produk turunannya. Fumonisin merupakan jenis mikotoksin yang diproduksi oleh jamur dari kelompok Fusarium terutama Fusarium verticillioides, F. proliferatum, F. anthophilum dan F. nyamai. Mikotoksin ini tergolong karsinogenik bagi manusia. Jenis Fumonisin sendiri terbagi menjadi fumonisin B1, B2, B3 dan B4.
6. Patulin
Patulin biasa ditemukan pada buah seperti anggur, strawberry dan terutama apel. Mikotoksin patulin ini diproduksi oleh beberapa jenis jamur diantaranya, Penicillium, Aspergillus, dan Byssochlamys. berpotensi menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan, antara lain hyperaemia, pendarahan, peradangan dan pembengkakan saluran cerna. Pada dosis tinggi patulin bersifat karsinogenik, imunotoksik dan neurotoksik.
7. Trichothecenes (T2 – H2)
Trichothecenes merupakan mikotoksin yang terdapat pada oat, jagung, barley dan gandum. Mikotoksin ini diproduksi oleh berbagai jenis jamur seperti Fusarium, Myrothecium, Trichoderma, Trichothecium, Cephalosporium, Verticimonosporium dan Stachybotrys. T-2 danHT-2 merupakan kelompok dari mikotoksin Trichothecenes A yang dapat merusak sel tubuh bahkan mengganggu perkembangan anggota sel vital. Adapun salah satu jenis toksin trichothecenes tipe B yaitu Deoxynivalenol (DON).
C. Standarisasi Mikotoksin terhadap Pangan
Kontaminasi mikotoksin dapat dikendalikan dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Manufacturing Practices (GMP) yang dilaksanakan pada pra panen, saat panen, dan pascapanen disertai control kualitas. Pengendalian pra panen dapat dilakukan dengan pemilihan varietas, pengendalian hama dan gulma, penggunaan fungisida dan herbisida dengan benar, rotasi tanaman, serta control biologis. Cemaran mikotoksin saat panen dapat dihindari dengan menggunakan peralatan yang bersih dari fungi penghasil mikotoksin. Pengendalian pasca panen dapat dilakukan dengan pemisahan produk secara fisik, pencucian, pengeringan, dan penyimpanan yang baik. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan pengikat, pemanasan, dan radiasi hasil pertanian juga dapat dilakukan sebagai upaya mencegah cemaran mikotoksin pascapanen
Agar tidak menimbulkan dampak bagi kesehatan maupun perekonomian, timbulnya mikotoksin dapat kita cegah dengan budidaya tanaman yang baik dan tata cara pencegahan seperti yang telah diuraikan di atas. Selain itu, kita perlu memahami regulasi mengenai mikotoksin baik regulasi di tingkat internasional maupun Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga lebih sadar akan pentingnya pencegahan timbulnya toksin dan jamur penyebabnya. Memahami regulasi menjadi penting apabila pelaku usaha pertanian ingin memperluas pemasaran produknya terutama pada pelaku usaha ekspor. Adapun Regulasi Mikotoksin pangan di Indonesia yaitu mengacu pada BPOM No. 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia dalam Pangan Olahan dapat anda lihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Dan Batas Maksimum Cemaran Mikotoksin Dalam Pangan Olahan
1. Aflatoksin | ||||
No | Jenis Pangan | Batas Maksimum
(ppb atau µg/kg) |
||
B1 | M1 | Tota l(B1+B2+G1+G2) | ||
1 | Produk olahan kacang tanah | 15 | – | 20 |
2 | Rempah-rempah dalam bentuk utuh maupun bubuk | 15 | – | 20 |
3 | Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berbasis serealia dan pangan untuk kebutuhan medis khusus untuk bayi dan anak | 0.5 | – | – |
4 | Produk olahan jagung | 15 | – | 20 |
5 | Produk olahan kacang-kacangan
selain kacang tanah
|
– | – | 15
(sebagai bahan baku) 10 (dalam bentuk produk siap konsumsi) |
6 | Susu dan produk olahannya (yang termasuk kategori pangan 01.1-01.8) | – | 0.5* | – |
7 | Formula bayi; formula lanjutan; formula pertumbuhan; formula untuk keperluan medis khusus; pangan untuk ibu hamil dan/atau ibu
menyusui berbasis susu |
– | 0.03* | – |
2. Deoksinivalenol (DON) | ||
Jenis Pangan | Batas Maksimum (ppb atau µg/kg) | |
Produk olahan jagung dan gandum | 1000 | |
Produk olahan terigu siap konsumsi; antara lain
pastri, roti, biskuit, makanan ringan, snack sereal, sereal sarapan |
1000 | |
Pasta dan mi serta produk sejenisnya | 1000 | |
MP-ASI berbasis terigu | 200 |
3. Fumonisin | ||
Jenis Pangan | Batas Maksimum (ppb atau µg/kg) | |
Produk olahan jagung antara lain sereal sarapan berbasis jagung, snack berbasis jagung | 800 | |
Produk olahan jagung dalam bentuk tepung | 2000 | |
MP-ASI berbasis jagung | 300 |
4. Okratoksin A (OTA) | ||
Jenis Pangan | Batas Maksimum (ppb atau µg/kg) | |
Produk serealia antara lain wheat, barley, rye,
grain, brown rice |
5 | |
Produk olahan serealia siap konsumsi | 3 | |
Kopi bubuk, Kopi sangrai | 5 | |
Kopi instan | 10 | |
Anggur (dalam bentuk jus atau sari buah) | 2 | |
Anggur (dalam bentuk buah kering) | 10 | |
MP-ASI berbahan dasar serealia | 0.5 | |
Bir | 0.2 | |
Wine | 2 |
5. Patulin | ||
Jenis Pangan | Batas Maksimum (ppb atau µg/kg) | |
Produk olahan apel antara lain apel dalam kaleng, sari buah/jus apel, nektar apel | 50 | |
Minuman beralkohol berbasis apel | 50 | |
Puree apel untuk bayi dan anak | 10 |
*Produk dalam bentuk siap konsumsi
Untuk menjaga agar kadar mikotoksin pada pangan tetap dalam batasan yang masih dapat ditolerir dan tidak membahayakan ternak dan manusia, maka perusahaan atau industri pakan/pangan wajib memenuhi standar mutu pakan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian melalui Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Persyaratan Teknis Minimal (PTM). Pengujian mikotoksin dengan metode Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dianggap dapat dilakukan lebih mudah dan cepat serta cukup sensitif.
Baca Juga Deteksi Mikotoksin ELISA Kit pada Pakan Ternak disini.
D. ELISA Kit Pendeteksi Mikotoksin
Elabscience merupakan salah satu manufacture yang menawarkan Kit uji mikotoksin pada produk pangan terlengkap dalam komoditas pertanian, peternakan dan industri. Uji yang ditawarkan berupa perangkat Food Safety ELISA Kit dengan format 96 well juga ada 3×96 well dapat menjadi pilihan anda.
Berikut adalah daftar ELISA Kit Mikotoksin dari Merk Elabscience.
Tabel 3. ELISA kit Mikotoksin Merk Elabscience
Catalog | Deskripsi | Sensitivitas | Jenis Sampel |
E-TO-E006 | AF(Total Aflatoxin) ELISA Kit | 0.020 ppb | Cereals,Formula feed,Edible oil, Peanut,Biscuit,Beer,Wine,Soy sauce,Vinegar |
E-TO-E008 | AFB1(Aflatoxin B1) ELISA Kit | 0.030 ppb | Cereals,Corn skin,Wheat bran,Edible oil,Peanut, Biscuits,Beer,Wine,Soy sauce,Vinegar |
E-TO-E018 | AFM1(Aflatoxin M1) ELISA Kit | 0.010 ppb | Milk,Milk powder, Yogurt, Cheese, Single Cream |
E-TO-E007 | AFM1(Aflatoxin M1) ELISA Kit | 0.050 ppb | Milk,Milk powder,Urine |
E-TO-E023 | DON(Deoxynivalenol) ELISA Kit | 5 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E003 | DON(Deoxynivalenol) ELISA Kit | 3 ppb | Cereals,Feed,Corn skin,Wheat bran |
E-TO-E011 | DON(Deoxynivalenol) ELISA Kit | 10 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E020 | FB1(Fumonisin B1) ELISA Kit | 1 ppb | Corn,Feed |
E-TO-E015 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | 0.100 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E021 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | 0.050 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E001 | OTA (Ochratoxin A) ELISA Kit | 1 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E022 | T-2(T-2 Toxin) ELISA Kit | 1 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E004 | T-2(T-2 Toxin) ELISA Kit | 0.050 ppb | Beans,Corn,Oats,Peanuts,Feed |
E-TO-E025 | ZEN(Zearalenone) ELISA Kit | 0.200 ppb | Cereals,Feed |
E-TO-E002 | ZEN(Zearalenone) ELISA Kit | 0.300 ppb | Cereals,Feed,Corn skin,Wheat bran |
E-FS-E126 | ZAI(Zeranol) ELISA Kit | 0.025 ppb | Milk,Yogurt |
Bila dibandingkan dengan metode tradisional atau manual, Kit uji mikotoksin dari Elabscience ini mudah dalam penggunaan, cepat, dan sensitif, serta cocok untuk mendeteksi sampel dalam jumlah besar.
Kit keamanan pangan (Food safety ELISA kit) dari Elabscience digunakan untuk mendeteksi residu hormon, mikotoksin, zat beracun dan berbahaya serta residu antibiotik dalam pakan, makanan, dan sampel lainnya. Kit ini dapat digunakan secara luas dalam administrasi makanan & obat, departemen kesehatan, badan pertanian, peternakan, pembibitan ternak, rumah potong hewan, lembaga penelitian, universitas, industri pemrosesan produk makanan & daging, lembaga inspeksi serta balai karantina. Ini memungkinkan untuk memenuhi persyaratan konsumen yang tinggi terhadap kualitas makanan dan para peneliti ilmiah untuk mendapatkan data eksperimen yang efisien. Kit ELISA skrining untuk makanan ini diproduksi sesuai dengan standar kualitas internasional ISO 9001.
Sumber:
1. Mengenal Cemaran Mikotoksin Pada Produk Hasil Pertanian-DIY.
2. Mengenal Mikotoksin dan Bahayanya Terhadap Manusia – Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.
3. T-2 / HT-2 toxin – r-biopharm.
4. Trichothecene Mycotoxin-CDC.
5. AF (Total Aflatoxin) ELISA Kit – jualelisakit-jakarta-blogspot.
6. Kontaminasi Patulin Pada Buah dan Produk Olahan Apel – Pertanian pasca panen.